Halaman

Senin, 02 Juni 2008

Ketauhidan Sebagai Sistem Keyakinan dalam Islam
oleh: Bambang Wibiono

Setiap aktivitas dan gerak hidup manusia, didasari dengan sebuah keyakinan. Tanpa keyakinan, mustahil apa yang kita kerjakan akan sukses. Ambi saja contoh seseorang yang sedang mengikuti pertandingan olahraga. Orang yang merasa ragu akan kemampuannya saat bertanding, maka dapat dipastikan segala yang dilakukan tidak akan optimal dan dapat berakibat pada kekalahan. Begitu juga dengan keyakinan dalam beragama, khususnya bagi seorang muslim. Keyakinan terhadap keberadaan Tuhan beserta kekuasaannya menjadi landasan berpijak dalam segala aktivitasnya.
Dalam hal keyakinan, setidaknya ada 2 pandangan mengenai sistem keyakinan terhadap Tuhan di luar Islam. Pertama, sistem keyakinan yang obyeknya didasarkan pada sesuatu yang nyata. Namun secara filosofis, kebenaran ilmiah memiliki kelemahan karena tidak dapat menjelaskan sisi kehidupan yang berada di luar pengalaman inderawinya.
Kedua, sistem keyakinan yang didasarkan pada doktrin literal. Sistem ini mengingkari arti pentingnya akal sebagai sarana verifikasi kebenaran. Kebenaran dianggap sebagai sesuatu yang sudah jadi secara sempurna dan harus diterima tanpa perlu menyadarinya terlebih dahulu. Sistem keyakinan ini sering terjai pada kebiasaan budaya yang diwarisi dan diyakini oleh nenek moyang kita.
Berbeda dengan Islam. Islam mengajarkan nilai ketauhidan. Tauhid merupakan konsepsi sistem keyakinan yang mengajarkan bahwa Allah SWT adalah zat Yang Maha Esa, sebagai sebab dari segala sebab rantai kausalitas. Tanpa adanya Allah, mustahil alam semesta ini terbentuk dengan sendirinya.
Manusia dibekali fitrah yaitu suatu potensi alamiah berupa akal sebagai bekal untuk mengenali dan memverifikasi kebenaran dan kesalahan secara sadar. Tauhid mengajarkan arti pentingnya akal sebagai alat menekati kebenaran mutlak. Selain itu, ajaran tauhid memberikan penjelasan berupa wahyu yang disampaikan melalui rosul, di mana Tuhan menyatakan dan menjelaskan diri-Nya kepada manusia. Wahyu ini bersifat universal yang disampaikan pada seluruhmanusia di setiap zaman.
Secara naluriah, setiap manusia percaya dan membutuhkan Tuhan, walaupun akalnya menolaknya. Itu mungin terjadi karena keterbatasan akal manusia. Hal ini dapat dibuktikan ketika kita mengalami kesulitan, merasa hina, merasa lemah tak berdaya, kita akan mengharapkan kekuatan Yang Maha Dahsyat untuk menolong kita dan tanpa sadar kita akan bedoa, dan memohon pada zat Yang Maha Kuasa, yang sebenarnya kita sendiri tidak pernah tahu keberadaannya, tetapi kita percaya akan keberadaannya.
Sebagai seorang muslim yang mendasarkan tindakannya pada ajaran tauhid, maka hidupnya akan terasa tenang dan selalu optimis karena percaya Allah Yang Maha Kuasa akan mengatur dan menolongnya.