Halaman

Kamis, 31 Desember 2015

Nih aku tulis sesuatu lagi...

Apa kamu?? Lagi nunggu cerita selanjutnya?? Mau tau curhat apa lagi yang bakal aku tulis di sini?? Kepoo???!
Sory akhir-akhir ini aku malas menulis curhatan di sini.

Nih aku tulis sesuatu lagi...

Intinya aku udah bubar bar!! dengan si R. The End! Dia mau njengking kek, mau nyungsep kek, mau sekarat kek, mau seneng kek, mau bahagia kek, mau susah kek, mau punya cowo lagi kek, mau lamaran kek, mau galau kek, bodooo amaattt!

Dia yang ga pernah menghargai usaha laki-laki yg sedang berjuang untuk menghalalkannya, sedang berjuang untuk memenuhi janjinya, sedang ikhtiar untuk kebaikan masa depannya, sedang berupaya mensucikan hubungannya, suatu saat dia pun akan paham tentang sesuatu yang tak ada harganya. Mungkin, jika Tuhan berkenan, aku akan menyaksikan saat dia dalam kondisi tak ada harganya lagi.

Sampai tgl 15 Desember kemarin, saat papahku menghadiri wisuda adikku, masih saja menanyakan hubunganku. Seolah tak yakin kalau hubunganku bubar. Seolah antara masih berharap dan kecewa. lalu aku tegaskan, tidak! Tidak perlu datang ke rumahnya kalau hanya membuat muka malu.

Usiaku kini sudah lewat dari 30th. Dan kini kembali sendiri. Dan belum ada minat untuk menjalin hubungan lagi dengan perempuan. Kalaupun ada, hanya ingin untuk senang-senang. Ga lebih. Nanti dulu kalau untuk serius. Kecuali perempuannya yang datang memintaku dan mau menerima segalanya tentangku yg brengsek, yang kere, yang ga jelas masa depannya, yang jelek, kuper.

Entah sejak kapan pikiranku menjadi liar, tingkahku menjadi masa bodo, menjadi nakal, menjadi seolah bukan aku. Aku menjadi orang yang tak percaya lagi dengan perempuan yang sok suci soal hubungan. Sok romantis, sok idealis, sok toleran.

"ya Tuhan, pertemukanlah aku dengan orang yang terbaik menurut pilihan-Mu" 
Fuck dg kata-kata itu!! tebaik menurut nafsu dan keinginanmu mungkin maksudnya. Setelah kau melihat ada kerugian dimasa depan, maka kau akan berupaya mencari yang lain. Mencari yang "terbaik", menurut pikiranmu sendiri tentunya. Bukan berupaya membangun kebaikan bersama. Bukan berupaya membangun visi bersama untuk lebih baik. Lihat saja, kau tak akan dapatkan itu! Saat itu kau akan sadar, yang terbaik itu telah berlalu. Mungkin dia ada di belakangmu, atau mungkin sudah jauh melesat di depanmu yang sudah tak mungkin lagi untuk kamu kembali, atau mengejarnya. Cinta, jodoh, diukur dengan kalkulasi ekonomi. Dihitung tentang untung rugi.

Apa?? kau bilang aku terlalu kejam menghakimi? terlalu berburuk sangka? Iya! Aku menjadi orang yang memandang sinis tentang itu.

Rabu, 25 November 2015

Tidakkah Kau Pikirkan??

Kemarin, entah kenapa kamu tiba-tiba cerita tentang laki-laki barumu? tidakkah kau pikirkan perasaanku yg masih sakit dan hancur? Belum bisa aku bangkit dari keterpurukan akibat ulahmu, tapi kau malah bercerita soal seseorang yg membuatmu nyaman. Kau bilang bahwa dia mampu membuatmu nyaman dan kau berniat untuk komitmen dengannya.

Tidakkah kau memikirkan perasaanku yg hancur berantakan akibat komitmenmu yg kau campakkan begitu saja? Sempat aku tak kuat membalas sms mu. Kalau bukan karena perasaan sayangku, aku tak akan peduli lagi dengan semua tentangmu dan segala urusanmu. Aku coba kuatkan. Barulah aku beranikan diri membalas sms mu.

Dengan entengnya kau katakan "aku pun sudah bisa move on dan mencoba membuka hati untuk orang lain".  Kau pikir hati kita sama? Tidak!! Hatiku tak semudah itu. Ketika hatiku ku putuskan berlabuh padamu pun butuh pemikiran dan pemantapan yang panjang. Karena aku yakinkan bahwa pilihan ini adalah serius, yg pertama dan terakhir. Jadi sungguh sangat sangat sulit untuk ku kembalikan hatiku seperti semula.  Mungkin  waktu beberapa bulan pun ga cukup. Terbukti, telah 8 bulan berlalu, hatiku tetap seperti ini. Tetap terpuruk. Tak ada yg tau seberapa terpuruknya aku.

Minggu lalu, sempat aku pulang ke rumah. Yang membuatku tak enak adalah saat papah menanyakan hubunganku denganmu. Bahkan papah berniat menemui orang tuamu bulan Desember nanti. Saat adikku wisuda, rencananya akan sekalian mampir ke rumahmu. Papah juga sudah ribut soal penyiapan mas kawin. . Bingung harus ku jelaskan apa dan dari mana. Biar sajalah. . Takut papah kecewa karena anak tertuanya kembali tak jelas kapan nikah. Itu artinya juga, semakin lama pula papah bisa menimang cucu.

Tak kau pikirkan itu semua kah?

Aku hanya menyarankan bahwa jika kau serius dan merasa nyaman, silahkan lanjutkan. Pesanku padamu hanya jangan kau ingkari janji dan komitmenmu lagi. Jangan sekali-kali kau coba-coba lg soal perasaan. Ketika kau mengulanginya lagi dengan laki-laki barumu, itu sama saja kau melukaiku untuk yg kedua kalinya. Semoga kau bahagia dg laki-laki barumu. Aku hanya menunggu kabar baikmu.

Jumat, 13 November 2015

Seandainya Tak Sendiri

Sering ku termenung sendirian. Saat aku sibuk mengurus sendiri, mengurus dan mebereskan kamar sendiri, aku berpikir betapa kasiannya aku mengerjakan semua ini sendirian. Bahkan saat kondisi sakit seperti ini, aku lebih merasa nelangsa. Aku harus merawat diriku sendiri yg kepayahan, ditambah harus melakukan ini itu sensiri.

Sering aku menjerit kesakitan sendiri saat aku merawat sakitku. Aahh... andai ada orang yg bisa membantu merawatku, tentu tak perlu kepayahan seperti ini.  

Untuk mandi pun kesulitan, apalagi harus beraktivitas seperti mencuci, ngepel, nyapu, sampai merawat luka sendiri. Mungkin nasibku saat ini memang masih harus belajar sendiri dulu.

Seandainya ada seseorang yg bisa menemani dan merawatku...

Minggu, 01 November 2015

Surat Tertutup Untukmu

Dear you..

Tulisan ini aku persembahkan untukmu. Sebagai surat tertutup yg tak pernah aku kirimkan padamu. Semoga ada takdir yg membawamu sampai kau membaca ini.

Dulu, aku tak pernah memintamu berjanji. Tapi kau ucapkan sendiri janji, bahwa kau akan selalu ada untukku disaat senang maupun susah. Saat ku suruh kau pergi mencari yg lain yg lebih mapan dan bisa memberi kebahagiaan, kau malah berkata aku sudah lebih dari cukup memberimu bahagia. Kau pun jg katakan, bahwa akan terus mendukungku, akan terus ada disisiku dalam kondisi apapun. Bahkan kau berjanji akan terus menungguku sampai aku siap.

Di hari yg lain, kau ucapkan pula bahwa kau akan terus mencintaiku, menyayangiku. Kau pun berjanji bahwa aku orang terakhir yg akan mengisi hidupmu. Kau yg akan menjadikanku imammu. Kau memberiku angin segar, harapan dan semangat agar aku terus memperbaiki diri sampai siap menjadi imammu.

Kalau kau lupa, sajadahmu yg menjadi saksi. Al Qur'an yg masih kau pegang pun mendengar perkataanmu. Bahkan mukena yg masih kau kenakan saat itu menjadi mata dan saksi atas semua ucapanmu. Setelah itu kau cium tanganku, lalu kau ucapkan "kita berusaha bareng-bareng ya mas".

Dulu, aku yg berjanji bahwa kau adalah wanita pertama dan terakhir. Aku pernah berjanji bahwa kau yg nanti akan aku nikahi. Aku tak mau ada wanita lain selain dirimu. Karena jauh sebelum mengenalmu, aku sudah meyakinkan diriku sendiri, bahwa kelak saat aku memutuskan ada wanita yg singgah dan mengisi hatiku, maka dialah orang yg akan aku jadikan istri.

Tapi entahlah, mendadak kau campakkan semua ucapanmu sendiri. Mendadak kau berpaling arah dan membiarkanku sendiri berjalan. Hanya dengan alasan sudah tak ada lagi perasaan seperti dulu. Sampai saat ini masih tidak ku mengerti alasanmu. Sedangkal itukah penghalang yg mampu menghentikan langkahmu? Bukan seperti kamu yg aku kenal, yg keras kepala, ngeyel, dan ga peduli dg apapun yg ada di depan.

Semudah itukah kau berpaling setelah sekian lama kebersamaan kita, setelah sekian banyak kisah yg kita lalui? kata itu pula yg sering kau ucapkan. "ga mungkin aku berhenti, ga mungkin aku menyerah gitu aja setelah sekian lama dan sejauh ini denganmu, mas".

Dulu, kau katakan bahwa benih yg ku tanam dalam hatimu terus tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Sampai kau katakan, bahwa kau tak sanggup membiarkannya begitu saja.  Mau coba buka kisah dan percakapan kita dulu? Sepertinya pernah aku tulis d blog, silahkan baca kalau diperlukan. Hanya untuk menyegarkan ingatan. Bahkan sebagian pernah kamu sendiri yg menuliskannya di blog ku. Kau tuliskan sendiri janji-janjimu di blog ku. Kalau tidak percaya, sempatkanlah waktu, bukalah sendiri.

Aku tak paham dengan alasanmu pergi. Apakah aku kau anggap tak layak, karena belum cukup mapan mencukupi kehidupanmu? Belum cukup mampu memberikanmu bahagia setelah kini kau telah mengenal penghasilan dan kehidupanmu?

Kalau soal itu, aku memang tak bisa janji karena rejeki Tuhan yg mengatur. Kemampuanku hanya bertanggung jawab menafkahimu kelak dg segala kemampuanku, dg terus berikhtiar. Tidakkah kau melihat kebahagiaan dan kemapanan dari sisi lain, seperti saat kau belum mengenal penghasilan dulu? Ahh... terlalu jauh aku menghakimimu. Tentu, sebagai perempuan, biasanya kau lebih tau soal terminologi kebahagiaan.

Aku masih menyayangkan keputusanmu. Semoga dengan ini kau kembali insaf dengan ucapan-ucapanmu dulu. Semoga kau cepat kembali dan tak berlarut-larut terombang-ambing di luar sana mengikuti keinginanmu yg ingin bebas menikmati kehidupan dan dunia barumu. Karena aku masih paham bahwa sebenarnya kau masih rapuh. Tak cukup mampu kau menutupi kerapuhanmu yg mencoba berperang dg hatimu sendiri. Berdamailah dengan jiwa terdalammu, berdamailah dg hati sanubarimu. Karena ia yg paling paham dengan kebutuhan dan maumu yg sebenarnya, tapi kau coba tentang sendiri mati-matian.

Aku tunggu kabar baikmu di sini.

~wibiono~


Selasa, 27 Oktober 2015

Selesai Sampai Disini

Dan kita akhirnya selesai sampai di sini. Hanya segitu kemampuanmu bertahan, tak setangguh ucapanmu dulu. Seolah amnesia terhadap ucapanmu sendiri yg selalu kau ulang-ulang perkataannya.

Dengan sangat menyesal dan berat hati aku melepasmu meski inginku menyelamatkanmu dari tajamnya ucapan yg kau hunus untuk dirimu sendiri. Berkali-kali aku coba menyadarkanmu, tapi sepertinya kau telah memilih jalanmu dengan segala resikonya.

Semoga ini adalah keputusan sadarmu agar tak ada penyesalan dikemudian hari. Karena penyesalan selalu datang terlambat serta jauh lebih menyakitkan.

rekaman percakapan













Selasa, 13 Oktober 2015

KITA ITU SEMPURNA!!





Entah kenapa tiba-tiba terlitas begitu saja pikiran tentang kesempurnaan manusia. Saat mengendarai motor waktu pulang kantor, seketika muncul pikiran bahwa kita adalah sempurna.


Teringat beberapa dalil di Al-Qur'an yg dalam terjemahan bebasnya begini,
"seandainya AKU mau, maka AKU ciptakan saja kalian satu. tapi Aku ciptakan kalian dlm bentuk yg sempurna, berbangsa-bangsa, bersuku-suku agar kalian saling mengenal dan mendapat pelajaran dari penciptaan. itu semua sebagai tanda ke-Maha Kuasaan-Ku."


Sebenarnya pendapat ini sudah sering diucapkan pada khotbah-khotbah di masjid, di sekolah, di acara pengajian, atau acara keagamaan lainnya. Tetapi, saat menemukan sendiri pemahaman itu, entahlah, rasanya berbeda.

Sempurna dan Tidak, Kita Sendiri yg Membuat

Sering kita sebagai manusia merasa kurang, tak sempurna, terlahir cacat, kehidupannya sulit terus, dan rasa kurang lainnya. Kalau kita mau sedikit merenung, yg menciptakan ketidaksempurnaan, ketidakberdayaan, kekurangan, cacat, berbeda dengan yg lain, itu adalah kita sendiri. Jelas-jelas Allah menciptakan manusia dalam bentuk yg paling sempurna. Kitalah yg merasa rendah diri, mengeluh dan tidak bersyukur. Kita yg memperbandingkan diri kita sendiri dengan orang lain dengan ukuran-ukuran yg kita buat sendiri. Padahal memperbandingkan kita dengan yang lain itu tak perlu. Sebab kita diciptakan berbeda dengan yang lain. Karena memang Allah menciptakan berbeda satu dengan yg lainnya, jd untuk apa dibandingkan?

Itulah yg membuat kita menjadi kerdil dg mengkotak-kotakan diri kita sendiri, menjadi sempit. Kita membandingkan fisik kita yg hitam tidak rupawan dengan orang lain yg lebih putih dan rupawan. Kita membandingkan diri kita yg cacat hanya punya satu lengan dengan orang lain yg berlengan lengkap. Kita membandingkan tubuh kita yg pendek dibanding yang lain. Lebih parahnya lagi sampai kita membandingkan kehidupan kita yang tak seberuntung orang lain. Siapa yg menyuruh kita membanding-bandingkan hal semacam itu?? Kita itu berbeda. Bahkan yg kembar identik pun tidak sama persis. Allah pun tidak melihat fisik kita, tidak menilai kesusahan atau kesenangan hidup kita di dunia. Yang dinilai Allah adalah iman kita. Seberapa percaya kita pada Allah yg menciptakan kita sebagai mahluk sempurna? Seberapa percaya kita pada Allah hingga kita terus bersyukur? Mungkin itulah mengapa, ajaran agama apapun, bahkan dalam tradisi norma sosial, bersyukur itu dianjurkan. Tak lain adalah agar kita bisa memaknai kesempurnaan yg kita miliki tanpa harus silau dengan "kesempurnaan" orang lain, dan juga agar kita tak sombong. Kita diciptakan berbeda dan sesuai dengan kegunaannya.

 "Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya", itulah nasihat kitab suci terhadap orang yg sedang merasa sempit. Allah pun tak pernah memerintahkan diluar batas kita. Mari ambil contoh, perintah solat adalah wajib dengan cara berdiri, ruku, sujud sesuai rukunnya. Tetapi Allah tidak mewajibkan orang untuk solat berdiri jika memang tidak mampu berdiri. Orang yg diciptakan berbeda, tidak memiliki tangan misalnya, tentu akan kesulitan untuk melakukan gerakan ruku. Maka gerakan-gerakan baku, seperti ruku dalam solat pun menjadi tidak berlaku. Orang yang diberikan kelebihan harta dianjurkan untuk berkurban seekor kambing, sapi dsb. Tapi bagi yang belum mampu, Allah hanya memerintahkan sedekah dengan kemampuan masing-masing. Artinya, masing-masing kita ini memang berbeda dan tak bisa dipersamakan antara satu dengan lainnya.

Dalam pandangan Allah, kita semua ini sama. Dan itu artinya kita ga perlu risau dengan "perbedaan".  "lakum diinukum waliyadin". Dalam terjemahan fleksibel juga mungkin bisa diartikan "yang Allah berikan padaku, inilah aku dan yang Allah berikan padamu, itulah kamu. tak perlu kita sama-samakan, tak perlu kita beda-bedakan. Kita jalani kehidupan sesuai porsi, fungsi dan peran kita masing-masing".

Layaknya anggota tubuh kita yg masing-masing sudah pada porsinya dan sesuai dg tugas fungsinya. Jempol tak perlu merasa iri karena "kecacatannya" dibanding jari telunjuk yg ukurannya lebih proporsional dan lebih panjang. Kaki tak perlu merasa kecewa dan rendah diri karena posisinya dibawah dan harus selalu jadi yg terdepan saat menginjak sesuatu yg kotor. Tak perlu menganggap tak adil dibandingkan dengan tangan yg kedudukannya lebih "terhormat", berada di atas, memakai perhiasan dan menjadi perantara orang bersedekah memberikan sesuatu untuk orang lain. Dubur tak perlu iri dan protes karena hanya menjadi tempat buangan hal-hal kotor dan najis, ketimbang mulut yg selalu kebagian menerima asupan yg enak-enak dan baik-baik. Kalau seandainya anggota tubuh ini berpikir seperti kita yg cenderung tak bersyukur, tentu mereka pun akan berpikir dan berkata bahwa Tuhan tak adil dalam menciptakan.


Kita Satu dalam Ikatan Semesta

Sadarlah wahai mahluk sempurna, secara hakekat, kita ini satu dalam ikatan semesta. Tugas kita adalah bersyukur dan menjalankan peran kita masing-masing layaknya anggota tubuh yg saling melengkapi, saling bantu dan ikhlas menjalankan amanahnya. "cacat" dan tidak cacat, susah senang, beruntung tidak beruntung, kaya miskin, pintar bodoh, jelek rupawan, semua Allah amanahkan pada kita bukan untuk dibedakan, bukan untuk diperdebatkan, bukan untuk jadi bahan saling iri, tapi untuk kita laksanakan perintah Allah sesuai peran dan kapasitas masing-masing. Allah pasti melebihkan hal lain atas kekurangan kita dan tentu mengurangi sesuatu atas kelebihan kita. Semua diciptakan seimbang dengan teliti dan sempurna. Tak ada yg dirugikan sedikitpun atas penciptaan diri kita. Karena kita berasal dari ketiadaan, maka adanya kita di dunia ini adalah karena kemurahan Allah. Diciptakannya kita ke dunia adalah sudah menjadi sesuatu yang luar biasa dan patut kita berterima kasih. Maha Sempurna Allah atas segala sesuatu.





--Renungan malam tahun baru 1437 Hijriah--
13/10/2015








Minggu, 04 Oktober 2015

Cuma Kamu yang Tau




Cuma kamu yg tau bagaimana air mata ini menetes dan jatuh. Cuma kamu yg tau kapan air mata ini terjatuh. Hanya dihadapanmu aku tak malu menumpahkan kesedihan atas beban masalah dan keluh kesah. Tak ada orang lain yang tau kapan aku bersedih, kapan aku menangis, kecuali saat ku kecil. Setelahnya, tak pernah seorangpun tau kecuali kamu.

Iya, hanya kamu yg tau betul bagaimana sosok rapuhku. Bukan pada teman-temanku, sahabatku, adik-adikku, bahkan orang tua ku pun tak pernah tau kapan dan bagaimana air mata ini tumpah.

Kamu bisa lihat, dan tanya pada orang-orang, saat menyaksikan jenazah ibu ku pun, tak ku tumpahkan kesedihan dan air mataku.. Orang menganggap aku tegar. Orang menganggap aku sabar dan tabah. Tapi, mungkin kau paham sisi tersembunyiku.

Saat orang lain bilang aku tabah, tentu kamu tau kalau sebenarnya aku gundah. Saat orang lain melihatku tegar, kamu paham kalau sebenarnya aku sedih dan cengeng. Saat orang lain menganggapku kuat, kau tau kalau sebenarnya saat itu aku rapuh. Saat orang lain menilai aku mandiri, kamu tau sisi manjaku.

Iya, cuma kamu yang paham itu. Dan hanya padamu aku tunjukkan sisi lainku. Bukan pada orang lain, bahkan orang tuaku pun tidak. Itu karena aku percaya padamu. Itu karena aku ingin berbagi denganmu. Agar kamu tau semua tentangku, bukan dari luar, tapi dari bagian terdalam jiwaku. Aku mempercayakan padamu, agar kita bisa berbagi kekurangan kita dan menerima serta melengkapinya masing-masing.

Cuma kamu yang aku mau. Bukan yang lain. Bagaimanapun kamu, aku hanya inginkan kamu.

Senin, 28 September 2015

Hanya Ingin Tuntaskan

Saya tau kamu enggan bertemu denganku. Saya tau kamu udah punya tempat yg lebih nyaman.  Saya hanya ingin menuntaskan semua urusan diantara kita secara langsung. Seperti yg kau minta pada saya saat ingin memulai semuanya ini. Kamu meminta saya untuk ngomong secara langsug dan gentle dalam mengutarakan maksudnya. Begitupun saat ini. Saya hanya ingin tatap muka denganmu dan bicara secara serius, biar semuanya jelas.

Kalau sekarang, saya masih menanggung beban dan janji serta komitmen sama kamu. Saya harus tegaskan semuanya bagaimana maunya nanti untuk kedepannya. Semua terserahmu

Selasa, 15 September 2015

Selembar Doa


selembar doa ku layangkan padamu
mengharap kau tetap disampingku
menemani lingkar hidupku
Meski aku tahu
Aku terasa tak mampu memilikimu

Hanya lewat guratan kata
Kuhaturkan segenap rasa
Yang kupendam dalam puncak asmara
Takan hilang dalam hitungan masa

Jika tuhan mngijinkan
Ijinkan aku menyangimu dalam derai tawa
Dalam tangis air mata
ataupun
Dalam cinta yang terpendam rahasia


15/9/2015
jam 00:00
utk: R

Selasa, 01 September 2015

Tolong Sabar Dulu (Motivasi Diri)

Saat gundah, pikiranmu cenderung tak berfungsi. Rasa ingin segera mengakhiri selalu datang menghampiri. Sampai-sampai diri tak mampu untuk berlari. Hanya luapan emosi yang menghinggapi hati.

Kalau ditanya, jelas kamu ingin segera berhenti. Lelah rasanya berjalan dengan hati yang tak terisi.  Tanpa ada partner setara yang biasa diajak berpikir tandem, mau tak mau kamu harus memutuskan semua dengan intuisi dan pertimbangan pribadi. Entah kenapa kamu hanya sedikit bosan berusaha terus jadi tangguh di titik ini.

Hati dan tubuhmu mulai rindu pada bahu yang bisa disandari di akhir hari. Seseorang yang bisa diajak diskusi dan berbagi. Dia yang membuat hidupmu tak kosong lagi. Demi perasaan genap itu, rasanya pintu hatimu bisa terbuka untuk siapapun yang mengetuk lebih dulu. Kamu hanya tak ingin ada sendiri lagi dalam kamusmu.

Tapi tolong jangan biarkan rindu membuatmu terburu-buru. Jaga dulu hatimu sampai datang dia yang sedalam itu menyayangimu.

Hidup memang lebih ringan saat ada tangan yang bisa dijangkau tiap pagi. Tapi kamu layak mendapatkan seseorang yang membuatmu mengerti, kenapa semua ikatan tak berhasil sebelum ini.


Menemukan telapak tangan yang jarak antar jarinya bisa jadi tempatmu menyelipkan genggaman tiap pagi, mendengar halus nafasnya di sisi kiri memang membuatmu tak lagi merasa sendiri. Ada rasa tenang di hati saat tahu ada dia yang selalu bisa jadi tempat kembali.

Tapi hatimu bukan gelas kosong murahan yang hanya perlu diisi. Ia juga layak mendapat perlakuan sebaik Tuan Putri. Sepi, seharusnya bukan jadi alasan untukmu membuka hati lebar-lebar tanpa filter dan hanya berujung pada infatuasi.

Jika hanya untuk menambal sepi ikatan yang dijalani malah bisa meninggalkan lebam biru di akhir hari yang kelak sulit diusir pergi.
Bukankah kamu bukan pengangguran yang hanya butuh aktivitas pengisi waktu? Bukankah masih banyak hal penting yang harus diperjuangkan di hidupmu? Hati yang sepi itu harusnya tidak jadi alasan untuk menurunkan kualitasmu. Bersabarlah, sampai orang yang tepat itu datang di berandamu. Dia yang bisa membuatmu tahu kenapa ikatan sebelumnya selalu mematahkan hatimu.

Cinta yang berakhir dengan memeluk diri sendiri tak layak kamu jalani. Bukankah lebih terhormat berhenti pada dia yang tepat nanti?


Lebih mudah rasanya membuka hati lebar-lebar sekarang. Kamu bisa berlindung di balik alasan, “Ingin mencari kawan bersenang-senang.” atau “Butuh pasangan yang menciptakan rasa tenang.” Namun bukankah hatimu sebenarnya tahu bahwa semua ini akan berujung pada gamang?

Jika mau menenangkan riuh di otak sementara waktu, bisa kau dengar lamat-lamat derak nyeri dari hatimu. Ia hanya sedang dimanjakan sementara, sampai nanti tiba waktunya kembali harus meranggas di bawah sana. Kejamnya lagi, kamulah pelakunya. Orang yang sekian lama mengeluhkan hati yang tak kunjung terisi sempurna. Alih-alih baik-baik menggenapkannya, kamu justru sedang mengatur plot terbaik untuk kembali menghancurkannya.

Ini terdengar klise sekali. Tapi nanti pasti datang seseorang yang membuatmu tak keberatan berhenti.

Dia yang bisa mencintaimu sesuai keinginan, dia yang jadi perwujudan semua harapan.
Dalam pendampingannya ikhlas kau lakoni perubahan. Berhenti tak lagi terasa menakutkan. Sebab bersamanya rasanya kalian bisa jadi partner yang baik untuk melanjutkan harapan.

Dirimu berhak untuk sesuatu yang manis dan menghangatkan hati. Sedikit lagi kesabaran ini pasti berarti. Dia yang sedalam itu menyayangi akan datang sendiri.


Akan ada orang yang tetap mengacak rambutmu penuh rasa sayang selepas kamu turun gunung dengan muka belang. Meski sedang gemuk-gemuknya perlakuan manisnya padamu tak akan berkurang. Di sampingnya kamu hanya akan dihantam perasaan senang. Tenang.

Tidak ada yang layak kamu jalani selain hubungan yang manis dan menghangatkan hati. Bukankah selama ini standar tinggi yang diyakini itu membuatmu rela bersusah payah menjaga diri? Perjuangan memantaskan diri membuatmu layak dihadiahi pasangan yang  apik memperlakukan pun mendampingi.

Tolong jangan berhenti percaya bahwa dia yang datang nanti akan bisa menerima. Absurdnya kebiasaanmu, mood swing yang sering datang mengganggu, sampai pemikiranmu yang kadang keras kepala itu. Kalian akan jadi dua sahabat baik yang saling memahami, tanpa perlu berbusa-busa menjelaskan apa yang diingini. Menemukan matanya di ujung hari membuatmu mengerti — inilah muara dari petualangan hati selama ini.

Kamu tidak layak berhenti pada dia yang tak bisa menghargai. Terlebih hanya karena alasan butuh mengisi hati.

Tolong bersabar dulu.

Sampai nanti dia datang, orang yang sedalam itu menyayangimu.
Sebab kamu layak disayangi sedalam itu. Tak ada alasan yang layak jadi pembenaran untuk menurunkan standarmu.

Sabarlah dulu sampai kau sadar di hatimu ada orang yang layak untuk itu. Hanya butuh waktu untuk kembali meyakini hatimu sendiri. Sabarlah menanti dia yg sedang menata diri sampai layak kau cintai.


Rabu, 19 Agustus 2015

SENJA


Senja

Ada rasa hampa
saat langit semakin senja
ada sesuatu yang berbeda
saat jingga merona

Sepi, aku ingin berlari
menyusuri mimpi yang tak kunjung menepi
haruskah ku di sini
mengeja bait pelangi yang hampir mati

Di malam hari...
Ketika senja pergi,
Ketika sunyi menghampiri,
Aku ingin kau kembali
disini, sekali lagi.
Merajut mimpi bersama pelangi,
Berharap esok kan kembali,
tak ada lg sunyi menghampiri
Saat senja kembali pergi.

Sabtu, 15 Agustus 2015

mimpi

Semalam aku bermimpi, aku dan teman-teman ingin pergi ke suatu tempat. Ada dua alternatif jalan, yg satu jalan aspal yg mulus sedangkan yg satu lagi jalan desa yg sebagian besar tanah. Dari dua pilihan itu, ternyata kelompok kami terpecah menjadi dua. Ada yg memilih jalan mulus ada yg memilih jalan yg lebih "menantang".

Aku mengajak sebagian teman untuk melalui jalan yg sedikit menantang agar mendapatkan pengalaman yg lebih banyak mengenai lika-liku perjalanan. Aku melihat orang yg aku sayangi berada dalam rombongan di belakangku.

Tak sengaja, jalan yg kami tempuh akan melewati komplek pemakaman. Kebetulan sekali ada 2 jenazah yg saat itu akan dikubur. Aku mengajak rombongan teman-temanku untuk melewati jalan itu dan melihat pemakaman. Aku berhenti untuk menyaksikan prosesi berharap mendapat pelajaran.

Aku melihat 2 jenazah yg berbeda keadaannya. Yg satu, proses penggalian liang lahat berjalan mudah. Sedangkan yang lain mengalami kesulitan. Sampai beberapa kali bergeser pindah lokasi, tak juga menemukan tanah yg mudah digali. Bahkan sempat nekat menggali kubur sampai melintang ke jalan. Ternyata tidak semudah itu, kedua jenazah mengalami kesulitan yg berbeda. Kuburan yg tadi mudah utk digali tiba2 dipenuhi air, padahal musim kemarau. Nasib kuburan yg kedua lebih parah. Sudah sulit digali, tiba-tiba air pun memenuhi tanah yg sedang digali.

Tanpa sadar, saat menoleh ke belakang, semua teman-temanku sudah balik kanan meninggalkanku, termasuk orang yg kusayangi. Ternyata tidak mudah mengajak orang utk belajar pd kesulutan

Kamis, 13 Agustus 2015

DEAR LADIES


DEAR LADIES.... (mohon dibaca dan diresapi)

Kami tidak suka dibandingkan dengan tokoh-tokoh pemeran utama berbadan mustahil di film twilight anda. Karena kami tau, badan seperti seperti itu mustahil kami bentuk (secara standar gizinnya).

Dear ladies,
Kami tidak suka dibandingkan dengan tokoh-tokoh korea berambut
gay itu! In fact, kami tidak suka dibandingkan dengan lelaki manapun! Tolong jangan sebut-sebut lelaki manapun didepan kami meskipun kalian bermaksud hanya menyindir kami.

Si dia rajin belajar, si dia jago nyanyi, si dia penyayang. Stop it!

We dont like being compared to any man out there! Because competition is in our blood. We compete with million of other sperm to be a human being. Membuat kami cemburu hanya akan menggali kuburmu sendiri.

Dear ladies,
Tolong jangan memaksa kami untuk memilih antara kalian dan hobi kami. Atau memilih kalian dengan teman-teman kami. Karena pria tidak dilahirkan untuk bisa multitasking!

Ketika kami pengen main game, tolong biarkan. Ketika kami ingin berpetualang dengan teman-teman kami, tolong ijinkan. Karena percayalah, sejauh apapun kami bermain dan berpetualang, kami akan kembali duduk bersandar di pangkuan kalian. Menikmati lembutnya sentuhan kalian yang bisa menghilangkan semua penat kami.

Dear ladies,
Kami bukan Dedy Corbuzier. Kami bukan pembaca pikiran. Katakan apa yang kalian mau. Jangan bersikap seolah kalian ingin kami tau apa yang kalian mau. Kenapa ngga ngomong aja sih pengennya apa?

Dear ladies,
Jadikan kami pacar, bukan pembantu. Bukan pula supir pribadi, apalagi tukang ojek. Kami tidak suka wanita manja, yang semena-mena. Ingin dianterin? Minta. Jangan berharap untuk kami mengerti jika kalian tidak berbicara. Kami bukan pemecah kode yang selalu mengerti apa yang kalian mau.

Sometimes, use your brain, not only your heart.

Dear ladies,
Kami ingin kalian ada di pinggir lapangan, ketika kami bermain bola. Meskipun kami tau betapa tidak sukanya kalian duduk sendirian melihat kami bermain. Tapi sodoran handuk bersih dan minuman dingin tanpa diminta ketika istirahat akan membuat kami sangat mencintai kalian. Percayalah.

Dear ladies,
Tolong jangan pertanyakan Aku gendut ya? kepada kami. Karena kami tau itu adalah jebakan betmen. Pertanyaan itulah alasan kenapa cermin dan timbangan diciptakan. Daripada menanyakan pertanyaan itu, kenapa tidak tuangkan saja racun sianida ke tenggorokan kami?

Dear ladies,
Tidak semua dari kami berhati lembut. Dan bisa bersifat romantis. Kami tidak sesempurna Richard Gere atau Gerard Butler. Pria imajinasi seperti itu tidak ada. Hollywod has screwed your minds!

Mengantar kalian pulang naik motor di malam hari ke rumah kalian yang dipinggiran kota itu sepertinya lebih romantis daripada sebuket bunga mawar. Lucky to you! Tinggal duduk manis dibelakang. Kami? Harus pulang pergi lagi melewati malam dingin. Sendirian. Pernah sadari itu? Tidak? Pernahkah kami mengeluh?Roses and chocolate? Please think again dear.

Dear ladies,
Pernahkah kalian merasakan kami marah tanpa sebab. Ngambek tanpa alasan. Menyebalkan bukan? Itu yang kami hadapi setiap bulannya. You guys turn into bitches every time your period comes.

Kami terpaksa harus mengerti ketika keadaan kalian seperti itu. Oleh karena itu, sebuah kata maaf dan terima kasih ketika periode itu telah selesai, would be very nice.

Dear ladies,
Jangan menggunakan standar ganda kepada kami. Disatu sisi kalian ingin emansipasi wanita, disisi lain kalian minta tempat parkir khusus wanita. Ketika kalian berkoar-koar ingin persamaan gender, kalian ingin selalu berjalan disisi dalam jalan dan kami mengambil sisi luar. Ingin kami ditabrak truk sampah apa? Sekali lagi, jangan gunakan standar ganda. We would like to help u, if you ask politely.

Dear ladies,
Sometimes, our ego is bigger than our brain or our heart. Please understand that.

Dear ladies,
Kami benci cewe matre! Sumpah. Kalian tau kenapa laut diciptakan begitu luas? Karena Tuhan tau butuh laut yang begitu luas untuk menampung begitu banyak cewe matre! Inget kan? Cewe matre kelaut aje. (akh shit, berasa tua nulis lirik ini)

Dear ladies,
Kami tidak suka sesuatu yang berlebihan. Baik itu lemak, dandanan, atau make-up yang berlebih. Sesuatu yang palsu lebih mengerikan lagi. Coba deh sekali-kali ngaca, mukamu yang putih pucat karena obat itu tidak cocok dengan kulit kuning langsat asli di leher atau lenganmu. Kami ingin punya pacar, bukan pasien anemia!

Dear ladies,
Kami suka wanita cerdas, yang bisa nyambung diajak ngobrol segalanya. Ngga harus mengerti, tapi setidaknya mendengarkan dan merespon. Jadi, daripada mempertebal bedakmu, tebalkan saja membran-membran dalam otakmu.

Dear ladies,
Seberapapun menyebalkannya kalian ketika PMS, seberapapun cerewetnya dalam mengingatkan kami untuk makan dan belajar. Kami sebenernya percaya itu demi kebaikan kami. We love that attention. We just dont realize it yet. Not until its gone.

Kami ibarat anak kecil yang terbungkus dalam tubuh-tubuh pria dewasa. Tetap kekanak-kanakan dengan caranya masing-masing. Kami ibarat pelaut muda, yang ingin menjadi nakhoda dan memimpin kapal kami sendiri. Berpetualang dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain.

Tapi percayalah, nanti akan ada suatu pantai kecil, dimana sang pelaut akan berhenti berpetualang dan akhirnya membuat sebuah pondok kecil. Dan beristirahat disana. Selamanya.

Dan dengan ini, mewakili semua pria, aku akan berkata..

Kepadaku, kau titipkan hati mu, hanya ada satu syaratku untukmu. Percayalah padaku!


Minggu, 09 Agustus 2015

Gagal Marah

Kenapa aku selalu gagal utk marah ke dia? selalu dan selalu ga bisa walaupun hati udah kesel banget. Selalu saja luluh. Ya Allah dosa apakah aku sampe segini sayangnya aku sama dia yg jelas udah kecewain dan sakiti aku?

Pagi ini aku berniat perginke rumahnya. Sejak beberapa hari lalu aku sudah bilang ke dia agar ngabari ada waktu atau tidaknya hari minggu ini. Tapi, seperti biasa dia ga ngasih kabar kalau ga aku duluan yg tanya. Seolah emang aku ga diharapkan datang. Dan sepertinya dia pun ga peduli dg aku yg sudah cape dtg dari jauh yg dg entengnya bilang "hari ininaku ada acara keluar mas". Tanpa rasa bersalah, dan itu pun setelah aku hubungi dan aku tanya lagi saat aku sudah di tengah perjalanan. Bahkan pernah aku sudah sampai temanggung, dia ga ngabari. Setelah aku ragu utk langsung ke rumahnya, saat aku istirahat, aku coba telepon tapi ga pernah diangkat. Akhirnya aku sms. Setelah sekian lama menunggu, dia hanya balas singkat, "maaf baru ngabari. aku lagi nginep di rumah temen". Setelah aku jelaskan aku sudah sampe temanggung pun, dia tak ada tanggapan lg. Seolah tanpa rasa bersalah.
Kali ini pun begutu  tapi untungnya kali ini aku belum sampe nekat berangkat.

Saat aku ingin marah, ternyata dia lagi sakit. Biasa hari pertama menstruasi. Aku paham bagaimana sakitnya saat datang bulan hari pertama ini. Jadi aku urungkan kalimat-kalimat marah yg siap dilontarkan..

Jumat, 07 Agustus 2015

Pengkhianatan Adalah Dosa Besar

ya Allah, aku masih belum bisa terima dikhianati seperti ini. Bukankah kesalahan dan dosa terbesar yg sulit diampuni adalah berkhianat? Seperti dlm firmanMu, bahwa dosa terbesar adalah menyekutukan-Mu dg yg lain.

Aku baru paham sekarang. Ternyata dikhianati itu rasanya sakit. Setelah dibela, diperjuangkan, dicintai, diberi semua yg bisa diberi, malah orang yang diperjuangkan kini berpaling. Janji yg dulu diucap hanya meninggalkan bau busuk.

Ya Allah, Engkau yg Maha Pemaaf pun murka dg kesyirikan, pengkhianatan dan kemunafikan, apalagi aku yg hanya manusia biasa yg lemah tak berdaya. Allah, aku mohon takarlah setiap usaha yg aku lakukan dan sakit yg ku terima. Engkau yg maha adil, Engkau yg maha memberi balasan. Aku serahkan semua padamu, karena Engkau yg maha mengetahui apa yg tersembunyi dan tidak ku ketahui darinya.

Sakit hatiku, sungguh sakit! Rasanya marah, benci, muak, emosi, sedih campur aduk. Orang yg paling ku percaya tega berkhianat seperti ini. Tai kucing dengan cinta. Busuk!

Selasa, 28 Juli 2015

Rasanya Sakit

Ke siapa aku harus curhat? ga ada yg bisa aku percaya untuk curhat..
Ya Allah rasanya sakit banget hati ini. Kecewa, perih, kacau ga karuan.
Apakah aku harus mundur dan melupakannya Allah?
Tapi aku sayang banget. Aku benar-benar cinta padanya.

Aku masih memelihara dan menjaga rasa cinta dan sayang yg Engkau anugerahkan ini. Aku tak pernah mengkhianatinya sedikitpun. Bahkan berpikir untuk berkhianat atau meninggalkannya pun tak pernah terlintas di pikiran dan hati ini.

Aku cuma ingin dia yg jadi pendampingku, bukan yg lain. Bukan perempuan cantik lain di luar sana, juga bukan perempuan baik di luar sana. Aku cuma ingin dia yg bisa menjadikanku lebih baik, aku cuma ingin dia yg akan ku buat jadi lebih baik.

Minggu, 26 Juli 2015

Kembalikan

ya Allah, selalu ada luka yg kembali tergores. Aku cuma minta dia ya Allah. Kembalikan hatinya seperti semula.

Sudah tau bakal ada luka lagi, tapi enathlah kenapa aku ga kapok untuk kembali datang. Dengan lelah perjalanan yg hanya kembali menggores luka pada akhirnya. Mungkin inilah cinta. Tak peduli seberapa sakitnya luka nanti, tetap terus mencoba. Tetap terus hadapi rasa sakit itu, sampai akhirnya terbiasa.

Pintaku sederhana, kembalikan dia padaku ya Allah.

Rabu, 15 Juli 2015

Akirnya Ku Mencoba

Akhirnya aku mencoba menarik diri. Sekian lama dan sekian cara ku coba berkomunikasi untuk memperbaiki keadaan ternyata berujung sia-sia. Srpertinya dia enggan untuk "diganggu" lagi. Bilangnya sih sedang ingin menjalani apa yg ada. Entah maksudnya apa. Mungkin ada sosok atau perasaan lain yg sedang dia nikmati sehingga berupaya menjauhiku.

Teleponku, pesanku, nyaris tak digubris. Seandainya dia tak bermaksud menarik diri/berusaha menghindar, rasanya tak mungkin sampai segitunya. Bahkan ucapan terima kasih pun tak ada. Ini bukan dalam rangka aku ingin mengharap pujian atau mengharap ucapan terima kasih.

Aku lelah diperlakukan seolah orang asing yang tak dikenal yang terus-terusan mengganggu. Sakit rasanya diperlakukan srperti ini. Tak mau lagi aku terus-terusan sedih dan menangis. Biarlah.
Walaupun sebenarnya sangat sulit bagiku. Tapi demi ketenangan dia, baiklah aku mencoba sekuat tenaga untuk cuek dan tidak mengganggu lagi.  Semoga dia sadar tentang sakitnya perasaan ini.

Rabu, 01 Juli 2015

Masih Ingatkah?

Masih ingatkah dengan janji-janji kita waktu dulu sayang?
Masih ingatkah cita-cita kita kala itu untuk masa depan?
Ya, kita berjanji untuk tetap saling mencintai dan menjaga perasaan ini tetap ada sampai kapanpun. Tanggal 15 usai solat subuh kita baca kalamullah surat Ar-Rahman bersamaan, kadang bergantian. Setelah itu, masih memegang al-Qur'an dan kau pun masih mengenakan mukena dengan cantiknya kita bicara. Kita berjanji akan terus saling menyayangi. Kita sepakat bahwa ini adalah pacaran terakhir dan akan dilanjutkan sampai pelaminan.

Di tanggal 15 di bulan yang lain, kita solat duha bersama. Lagi-lagi kita baca Ar-Rahman. Kadang usai solat berjamaah. Setelah itu kita saling berucap untuk saling dan tetap mencintai. Karena kita yakin perasaan cinta ini anugerah Allah yang indah dan harus tetap kita jaga. Kita pun berjanji akan terus berjuang bersama, akan terus berusaha apapun halangan di depan. Kita sepakat untuk mengukir masa depan bahagia bersama. Jika dikemudian hari ada kalanya lelah, kita akan istirahat sejenak. Bukan untuk berhenti atau menyerah, tapi hanya sekedar istirahat. Kemudian setelah itu, kita akan kembali melanjutkan perjalanan cita-cita bersama lagi. Bukan melanjutkan perjalanan sendiri-sendiri. Bukan itu yang kita janjikan. Bukan itu yang kita inginkan.

Ya itulah sebagian janji kita.

Mari sayang kita kembali lanjutkan perjalanan kita. Mari kita kembali ukir cita-cita kita. Mari kita buiat resolusi lagi untuk masa depan kita. Kita revisi hal-hal yang sudah usang. Dengan ARB (Aliansi Rya dan Bambang), kita yakin akan mampu menghadapi apapun di depan. Kita yakin akan sukses dan bahagia dunia dan akhirat. 

Masih ingatkah itu semua sayang? Aku yakin kamu masih ingat betul itu semua.

Ini hanya fase cobaan dan godaan sayang, seperti cobaan dan godaan yang sering kita lewati sebelumnya. Mungkin ini cobaan yang lebih besar dari sebelumnya. Mari kita atasi ini. Kita lewati ini bersama.
Mari kita Bissmillah, bergandengan tangan dengan erat dan bersama kembali melangkah menjemput impian surga dunia dan akherat. Aku akan tuntun kamu menuju surga itu sayang. Aku yang akan mengimamimu.

Aku hanya ingin kamu yang menemaniku menikmati surga itu wahai bidadariku.

Masih ingatkah itu semua sayang?

Tragedi 28 Juni: Lost in love



Apa yang dirasakan seandainya orang yang dicintai ternyata saat ini sudah ga ada perasaan lagi? Bahkan kini dia bebas dekati laki-laki manapun. Dengan entengnya dia bilang saat ini perasaannya biasa saja. Seolah lupa dengan komitmen dan janji-janji dulu ketika pacaran. Rasanya remuk hati ini, badan terasa panas, dada terasa sesak.
Kemarin, hari Minggu 28 Juni 2015 aku main ke rumah Rya di Temanggung dengan maksud hati silaturahmi sekaligus untuk memperbaiki suasana. Sengaja aku ga bilang kalau mau main. Sebab, beberapa kali aku ingin main ke rumahnya, selalu ada alas an kalau dia tidak di rumah hari itu, atau akan ada acara. Jadi ini ceritanya aku nekat. Kalaupun nanti ternyata Rya ga di rumah, ya ga masalah. Saat sampai di depan gang rumahnya sekitar jam 09.30, aku SMS dulu menanyakan ada agenda keluar ga hari itu. Ternyata ga dibalas. Akhirnya ku coba telpon ke nomornya, berkali-kali ku coba, tetapi ga ada jawaban. Akhirnya aku nekat dating. Memang rejekiku, ternyata dia ada di rumah. Agak terkejut dia ketika tau aku datang dengan kondisi dia belum mandi. Dia Tanya, kenapa aku tidak bilang dulu kalau mau datang. Dalam hatiku, kalau aku bilang kemungkinan dia akan beralasan lagi agar aku mengurungkan niat untuk mampir ke rumah. Padahal sekitar 15 menit sebelumnya pun aku sudah berusaha ingin memberitahu, tapi ga ada tanggapan. Alasannya karena dia sedang sibuk beres-beres. Padahal ketika aku sampai rumahnya, kondisi dia seperti baru bangun tidur. Harusnya SMS dan beberapa kali teleponku dia tau. Mungkin sengaja ga diangkat, ini kecurigaanku saja.
Akhirnya Rya meminta saya menunggu karena akan mencuci dan kemudian mandi. Sekitar sejam lebih aku bengong di ruang tamu menunggu, tanpa sebelumnya dia menghampiriku. Hanya lewat depan kamarnya dan menengok ke ruang tamu sambil lalu ketika aku datang. Ini juga yang membuat aku ga enak hati. Ga pernah sebelumnya dia begini.
Setelah menunggu akhirnya dia selesai beres-beres dan mandi, Rya menghampiri dan menyalamiku di ruang tamu dengan muka yang aku tangkap sangat berbeda. Bahkan muka dan matanya berusaha menghindar tatapanku. Ini hal lain yang membuat hatiku kembali ga enak.
Jujur, saat itu aku kembali canggung berhadapan dengan Rya. Grogi dan bingung harus membuka pembicaraan dari mana. Jantung ini berdetak kencang, keringat dingin membasahi telapak kaki dan tanganku. Saat ku buka pembicaraan, dia tengah asik memainkan HP-nya. Bahkan pembicaraan selanjutnya pun lebih sering dia senyum-seyum ke HP-nya, beberapa pertanyaanku pun sering tak dijawab. Ini hal lain lagi yang buat hatiku ga enak. Aku tanyakan ada agenda keluar atau engga. Dia bilang mungkin agak siangan dia akan keluar dengan teman-temannya walaupun ga tau pasti mau keluar ke mana. Dugaanku benar, pasti dia bakal alesan akan keluar. Ini jadi sebuah sinyal kalau aku ga perlu berlama-lama di rumahnya.
Akhirnya aku beranikan diri mendekat dengan duduk di sebelahnya. Ku coba meraih tangannya, tapi dia berusaha menolak. Aku ajak ngobrol dia sambil ku belai rambutnya, dia diam saja walaupun awalnya dia agak menghindar. Saat itu aku bilang minta maaf dan bilang kalau masih sayang dengannya. Tapi tanggapannya dia aneh, sok becanda dan menghindari pembicaraan.
Rya mulai bercerita tentang foto teman di instagramnya. Aku menangkap sinyal lain. Bahwa dia ingin menunjukan ada beberapa orang laki-laki yang sering main atau sekedar jalan-jalan dengannya. Dari cara dia bicara, aku menangkap bahwa dia ingin mengatakan “ini lho beberapa teman cowo yang dekat denganku, sering ngajak jalan-jalan, traktir makan, perhatian …..karena ga ada apa-apa lagi dengan kamu, jadi boleh dan bebas donk aku pergi dan dekat dengan siapapun..”
Aku hanya menanggapi dengan senyum seolah tak mengerti apa-apa. Padahal dalam hatiku mulai meneteskan air mata. Kemudian obrolan berlanjut ke hal lain, tapi kemudian ia bercerita tentang jalan-jalan dan perhatian teman-teman kantornya, khususnya yang cowo. Bahkan dengan gambling dia bilang beberapa cowo itu emang ada modus dan suka bahkan bilang dengan jelas banyak cowo yang bilang sayang. Bilangnya sih, semua ga di bawa perasaan, ga mau bermain hati. Tapi semua perhatian cowo itu keliatannya dia tanggapi semua. Dari cara dia bercerita, seolah ingin melihat reaksi cemburuku. Jujur aku sangat sangat cemburu dan makin sesak dada ini. Ini hal lain lagi yang membuat hatiku making a karuan.
Ketika aku bilang bahwa sekarang dia gemukan, dia jawab “iya donk, bahagia sekarang mah…” dengan ucapan yang penuh maksud. Aku pun paham maksudnya. Lagi-lagi aku pura-pura tenang menanggapinya. Tapi aku yakin dia masih paham dalam membaca pikiran dari tanggapan dan ekspresiku. Walaupun mungkin untuk orang awam pasti mengira aku biasa aja. Tapi aku sangat yakin Rya paham, karena memang cuma dia yang paham tentang hal yang tersembunyi dari aku. Walaupun sekuat tenaga aku berpura-pura di depan dia, pasti dia bisa membaca ada yang ga beres.
Saatnya adzan duhur pun tiba. Aku segera bergegas ke masjid sekaligus agar air mata ini ketika menetes tak terlihat olehnya. Dalam langkah menuju masjid, mataku sudah tak kuat dan berkaca-kaca. Sampai di masjid aku solat sunah ingin menumpahkan keluh kesah ini. Selesai sunah aku coba baca Ar-Rahman seingatku. Tapi baru beberapa ayat, dadaku makin sesak dan mataku tak tertahankan lagi. Aku malu karena di masjid orang mulai berdatangan. Untuk menutupi raut muka, aku tundukan kepala. Dadaku panas dan suaraku tercekat di tenggorokan.
Usai solat duhur kembali aku ke rumahnya. Sebisa mungkin pikiran aku alihkan ke hal-hal lain. Sampai di ruang tamu, tak lama kemudian Rya datang. Ternyata dia sudah mulai dandan. Ini pertanda kalau aku ga perlu lebih lama lagi. Dia sibuk dengan HP-nya, mungkin kontak dengan teman-temannya yang janjian mau jalan-jalan. Aku tanyakan jadi keluar kapan. Dia jawab nanti karena temannya baru mandi, katanya.
Kita mulai ngobrol-ngobrol lagi. Aku lihat dia mulai biasa lagi saat bicara dan bercerita, sudah mulai lepas. Tapi saat aku ngomong, dalam sekejap dia tertidur. Kebiasaan dia masih sama, cepat tidurnya. Obrolan selanjutnya setelah dia terbangun mulai ga ditangggapi karena dia makin asik SMS atau BBM-an mungkin. Aku tau kalau temannya akan segera meluncur ke rumahnya. Salah seorang temannya telepon. Dan sepintas aku dengar kalau temannya bertanya kalau tamunya udah pulang belum. Aku langsung bersiap-siap pamit. Kemudian tiba-tiba dia dimiscall temannya lagi. Kali ini sepertinya seorang laki-laki. Tanpa pikir panjang, dia langsung telpon balik dan menanyakan ada apa tadi telepon atau miscall. Sepertinya orang di seberang sana yang diajak berbicarapun menanyakan apakah aku sudah pulang, atau kapan pulangnya. Rya menjawab, “iya mungkin ini sebentar lagi mau pulang..” Dalam hatiku makin menjerit. Ini adalah sebuah sinyal pengusiran secara halus berikutnya. Yaa memang dia tuan rumah, dan aku hanya tamu. Aku pun makin cemburu. Sms ku sangat jarang dibalas, teleponku ga pernah diangkat, tapi kini dia sangat tanggap terhadap temannya itu. Seolah dia juga sekaligus ingin manas-manasin aku.
Jantungku serasa berhenti, ulu hatiku mendadak sakit serasa ada yang nonjok. Aku udah ga tahan, mataku berkaca-kaca di hadapan Rya sambil aku bilang maaf dan sayang. Tapi dia tetap bilang sudah biasa aja, udah ga ada perasaan. Ga mau nanggepin sayang-sayangan. Aku sudah jelaskan kalau aku cuma lagi focus untuk kita. Tapi dia ga peduli. Bahkan saat aku bilang target melamar dia bulan Desember pun seolah dia menolak.
Rya bilang kalau sudah memaafkan dan sudah tidak perlu ada yang dipersoalkan. Tapi kenyataannya sikap dia padaku akhir-akhir ini sama sekali ga mengindikasikan kalau dia sudah memaafkanku. SMS, BBm, WA ku tak pernah digubrisnya. Kalaupun dibalas hanya singkat dan hanya sekedarnya. Bahkan pertanyaanku seringkali tak dijawab. Telponku pun tak pernah diangkatnya. Sakit rasanya hati ini. Bilang dimaafkan tapi sikapnya masih seperti itu. Itulah yang membuat aku masih berat hati karena belum mendapat maafnya.
Saat mengucapkan maaf lagi dan ingin menjelaskan dan menanyakan hal lain, suara ini sudah sulit keluar. Cuma bisa nyangkut di tenggorokan. Air mata udah ga tahan untuk keluar. Akhirnya aku segera pamit dan bersalaman. Keluar rumah malah papasan dengan mamah papahnya yang baru saja pulang. Sesegera mungkin aku kuasai raut muka dan mataku. Aku ijin untuk pamit pulang ke mamah papahnya. Tadinya ada hal yang ingin aku katakana ke papahnya. Tapi mulut udah terlanjur kelu. Jadi bergegas ku nyalakan motor. Saat keluar pagar, masih sempat ku tatap Rya yang luar dari pintu depan memandangiku saat ingin pergi. Jujur mataku udah ga kuasa lagi.
Belum sampai gigi 3, dan belum sampai keluar gang rumahnya, air mataku sudah banjir. Sampai malu saat berpapasan dengan orang di depan gang rumahnya. Sore itu sekitar jam 15.00 aku pulang dengan perasaan, pikiran, dan hati sangat kacau. Sepanjang jalan aku menangis. Saat lampu merah atau jalanan ramai, sebisa mungkin aku tahan air mata ini. Saat jalanan sepi dan bisa sedikit ngebut, barulah aku tumpahkan tangis itu dalam perjalanan. Aku bicara sendiri sambil nangis. Bahkan aku tak sadar harus jalan ke arah mana. Sudah ga peduli dengan laju motorku.
Perasaan ini terlalu sakit. Sampai benar-benar sakit secara fisik dada ini, dan perut pun tiba-tiba mules. Beberapa kali pun aku sempat gelagapan karena kesulitan bernapas karena dada dan kerongkongan terasa sesak. Aku bayangkan, seandainya di jalan pulang itu aku kecelakaan parah pun, mungkin rasa sakitnya masih kalah dengan sakit di dada ini. Saat itu aku pun berpikir, mungkin mati akan lebih baik daripada menanggung derita dan sakit yang tiada tara ini. Tapi Allah masih melindungi. Allah masih menyelamatkan nyawaku dari kecelakaan maut.
Cuma dua hal yang ada di pikiran saat itu, Rya kembali padaku atau lebih baik mati. Aku kendarai motor dengan pelan. Tapi terkadang aku pacu motor sampai kecepatan tinggi tanpa perhitungan apapun, terlebih saat nyalip kendaraan lain. Otakku ga bisa berpikir jernih di jalan. Di pikiranku cuma ada Rya, Rya, dan Rya.
Aku cuma berdoa semoga aku bisa mendapatkan cintanya lagi. Semoga hatinya kembali seperti dulu lagi. Dan aku yakin dia takdirku. Tapi menjalani proses ini yang terkadang aku tak tahan. Terlalu perih dan sakit, bahkan luka di tubuhku tak dirasa sama sekali.
Semoga kau kembali ke pelukanku sayang

di ruang sunyi dalam tangisan,
Purbalingga, 29 Juni 2015

Wibiono

Selasa, 23 Juni 2015

Tangis dalam Senyuman

Mz terlalu sayang sama kamu. Udah terlanjur seluruh hati ini buatmu. Semua harapan kebahagiaan udah disandarkan bersamamu.

Ga mungkin lagi hati ini menguburnya. Ga mungkin lagi pikiran ini melupakannya. Yang bisa mz lakukan saat ini hanya berharap, berdoa semoga ini hanya mimpi buruk. Berharap ketika terbangun, semua kembali seperti semula. Berharap masih tersisa harapan.

Hati ini terlalu perih, dada ini terlalu sesak untuk menangis dalam senyuman tiap kali mengingatmu. Mengingat kita. Mengingat kesalahan mz terhadap orang yg begitu mz sayangi, orang yg jg begitu menyayangi mz.

Entah dg cara apa mz harus menebus segala kesalahan dan penyesalan ini.
Wajah ini nampak seperti biasa. Wajah ini mencoba tersenyum, tapi hati menangis menjerit. Entah harus melampiaskan ini bagaimana.

Minggu, 21 Juni 2015

Ijinkan Sekali Lagi

Cemburu rasanya hati ini.. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kini dia yang benar-benar mengacuhkanku. Kalaupun dia menanggapi, itu sudah termasuk bonus yg luas biasa bagiku.

Pengen nangis terus-terusan, tapi ga bisa. Hanya bisa nangis dalam hati menyaksikan dirinya bersamanya.

Inilah resiko yg harus ku tanggung akibat rasa sayang yang terlalu besar. Jika saja aku tak beriman, mungkin sudah tak tahan untuk bunuh diri.

Ya allah Tuhanku, jagalah aku dari perbuatan yg Engkau murkai.

Semoga kau bahagia sayang. Ternyata aku tidak sanggup memberimu bahagia. Ternyata aku belum sanggup menjadi obat untukmu.

Sebenarnya aku ingin kamu yg mendampingi hidupku. Aku ga mau wanita lain yg datang karena yg lain tidak ikut berjuang ketika ku mulai dari titik nol,merangkak, berdiri, hingga akhirnya mulai menaiki tangga.Sayang, kamulah yg selalu menemaniku berjuang mengawali semuanya. Kamu pula yg sering aku mintai tolong saat-saat kritisku. Kamu yg paham dan ikut merasakan kondisiku saat benar-benar tak berdaya, tak bermodal. Aku terlalu banyak merepotkanmu. Kamu yg selalu memberiku semangat ketika aku tak berdaya.

Harusnya kamu sayang yg mendampingi hidupku. Kamu yg mengerti saat susah senangku. Bagiku, kau wanita sempurna yang hebat, yang bakal sanggup mendampingi imammu meraih sukses. Aku mau kamu sayang. Bukan yang lain! Cuma kamu!

Banyak wanita lain yg lebih cantik dan menggoda, tapi aku tidak tertarik. Merekatidak mengerti aku. Mereka tidak tau bagaimana aku belajar berdiri.

Ijinkan aku sekali lagi memilikimu. Mari kita ukir dan rangkai cita-cita kita sekali lagi sayang. Hatiku sepenuhnya sudah diserahkan untukmu sayang.

Semua sudah ku lakukan untukmu sayang. Sudah aku lakukan apa yg bisa aku lakukan. Bahkan hal yg sulit dan tak bisa aku lakukan pun, aku paksakan sekuat tenaga untuk bisa melakukannya untukmu. Meski tak bisa, tapi aku sulit untuk berkata tidak saat kau memintanya. Itu karena rasa sayangku padamu. Aku ingin menangis sambil memelukmu saat dirasa aku tak sanggup mewujudkannya. Tapi berkat pelukanmu, tatapanmu, aku yakinkan bahwa aku harus bisa. Sayaang.... ijinkan sekali lagi..

Sabtu, 20 Juni 2015

Mari bertempur

Baik. Fine. Mari kita bertempur. Kerahkan semua daya dan pasukanmu.

Aku pantang untuk mundur. Allah lah payungku, para malaikatlah pasukanku. Syahadat senjataku, solat adalah silatku, wirid nafasku. Fayakun kehendakku.

Kita lihat akhir episodenya nanti..

Dialog dg Sang Maha Kasih

Ya allah boleh lah ya aku tulis curhatan pada-Mu di sini?

Entah apa kata atau kalimat yg tepat utk menjelaskan perasaan aku saat ini. Yang jelas dada ini sesak, jantung ini berdetak lebih cepat dari biasanya, tubuh ini mendadak berkeringat dingin, tenggorokan ini tercekat dan sulit menelan.

Wahai allah yg maha tau apa yg ada di hati ini. Aku kecewa, sakit hati, sedih, putus harapan. Aku tidak terbiasa untuk curhat sana sini tentang masalah pribadi, bahkan terlalu privasi. Beri aku pelukan-Mu allah. Pelukan yang sanggup menenangkan dan membahagiakan. Jika pelukan manusia saja bisa membuat tenang dan nyaman, apalagi pelukan-Mu allah.

Engkau tau allah, tiada tangisan yang lebih sedih dibanding tangisan di dalam lubuk hati. Bukan tangisan air mata ini yg keluar.

Ya allah kenapa Engkau jauhkan satu persatu orang yang aku cintai. Perempuan yang aku cintai di muka bumi ini. bahkan ibu ku pun Kau ambil.

Aku berusaha mencintai setulus hati dan memperjuangkannya. Setelah aku menemukan tambatan hati, mengapa Engkau jauhkan juga allah? Kini dia sepertinya lebih memilih yang lain dibandingku. Aku memang tidak sempurna, tapi setidaknya aku merasa lebih sempurna setelah ada dia. Kami ucap janji akan menjaga cinta sayang ini. Tapi kenapa jadi begini? Apa salahku allah? Apa aku tidak layak untuknya? Karena aku belum mampu beri kepastian? Oh allah, cuma Engkaulah kepastian, cuma Engkau yg maha benar dan berhak memberi kepastian. Engkau pula yang memberi jalan kehidupanku seperti ini. Walau kadang aku mengeluh tentang hidupku yg susah, tapi dengan cinta itu, aku optimis menghadapinya, sesuai janjimu.

Ya allah, kepada siapa lagi aku menangis kecuali di hadapan-Mu. Aku memohon siang malam, bahkan setiap mengingatnya, aku memohon agar kami bersatu dan bahagia. Setiap tanggal 15 ku baca Ar-Rahman-Mu, betapa kau banyak tunjukkan nikmat yang tak bisa didustakan.

 Aku bergairah bekerja apapun demi sebuah ikhtiar untuk mewujudkan cinta yang suci. Agar aku mampu. Tapi di tengah semangat usahaku, Engkau balikkan keadaan sekehendak-Mu. Engkaulah yang maha berkehendak. Dunia ini adalah panggung eksistensi-Mu.

Hati ini jauh lebih terasa teriris. Belum pernah hati ini merasakan sepedih ini. Selama ini aku sudah tenggelamkam diri dalam perasaan cinta karena aku yakin dengan keputusanku.

Tapi kini Kau tunjukan ke-maha kuasaan-Mu padaku. Bahwa tiada yg abadi di dunia ini. Aku percaya itu. Entah ini yg keberapa kali Engkau ingin ajarkanku tentang kesabaran dan keikhlasan. Ternyata aku belum cukup sabar dan ikhlas di hadapan-Mu. Atau mungkin Kau ingin membuatku menjadi istimewa dalam hal kesabaran dan ikhlas? Kau lahirkan aku dari rahim ibu yang belum sempat melihatku sukses. Kau hadirkan aku di tengah keluarga yang boleh dikatakan tidak mampu. Dulu, Kau juga yang menjauhkanku pada perasaan yang belum sempat terucap. Kini Kau coba lagi menjauhkanku dari perasaan terdalamku.

Ya allah sungguh maha benar firman-Mu bahwa manusia hanya mampu berencana. Hasil tetap berada di tangan-Mu.

Ya allah, Engkau yang telah menganugerahi rasa cinta dan kasih sayang ini, kini tersakiti. Kau berikan aku bahagia, Kau juga yang kini berikanku derita. Wahai Yang Maha Menyembuhkan, sembuhkanlah sakit ini. Obati luka ini dengan cara terindah-Mu. Beri aku pelukan-Mu, beri aku ciuman-Mu, beri aku belaian-Mu sebagai penggantinya. Engkaulah yg tak pernah meninggalkanku dalam susah dan senang. Bahkan Kau tetap setia bersamaku meski berkali-kali aku acuhkan. Kasih-Mu tiada tara, cinta-Mu tanpa batas.

Oh allah berikan ketabahan dan keikhlasan pada hatiku. Lapangkan dadaku. Jauhkan aku dari syirik.
Jika dia memilihnya, bukan memilihku, berikan orang yang aku cintai itu kebahagiaan. Berikan pengganti yg lebih baik dariku. Jangan sampai menyakiti dirinya seperti aku yang pernah menyakiti dia. Tolong allah, aku mohon dengan sangat...mohon dengan sangat. Jagalah dia demi aku. Jauhkan dia dari segala bahaya dan hal yang dapat menyakiti jiwa raganya. Engkaulah sebaik pelindung. Tolong ya, ya allah. Buat dia nyaman dan bahagia di tempat baru pilihannya. Kabarkan aku ya allah di hari bahagianya nanti seandainya ia alpa memberitahuku. Insya allah aku akan datang menyaksikan kebahagiaannya. Semoga saat itu tiba, Kau masih berikan nafas untukku agar aku bisa menjadi saksi untuknya.

Allahku yang baik, aku ingin bersandar di bahu-Mu sejenak untuk melupakan kepedihan dan kesedihan. Agar aku kembali bangkit dan sadar masih ada hal-hal baik yg bisa aku perjuangkan.

Hey allah, genggam tanganku. Gandeng aku dan tuntunlah ke jalan bahagia-Mu. Aku lelah berjalan sendirian di kefanaan dunia ini. Aku buta.

Ya allah, sekali lagi, peluk aku. Belai aku dengan kehangatan cinta-Mu yang abadi. Biarkan air mata ini menyatu bersama dzat-Mu yg suci..

Ya allah, mataku udah tak sanggup liat layar ini, tertutup linangan air mata ini. Jemariku sudah bergetar sulit untuk melanjutkan mengetik. Engkau yg lebih tau apa saja yg ku rasa yg belum sempat tertulis.

Aku mohon yg terakhir. Jaga dia untukku. Bahagiakan dia karena dia adalah wanita istimewa di mataku. Wujudkan segala mimpi dan keinginannya.

Untukmu hay little princess, putri centilku, aku berusaha ikhlas tapi tentu tak akan pernah melupakanmu. Semoga pilihanmu adalah yang terbaik. Maafkan aku yang gagal menjadi yg terbaik buatmu. Salamku dan seluruh isi jagat raya serta penghuni surga untukmu. Insya allah kau bahagia.
Aku yang selalu memandangmu dari kejauhan, memandangmu dalam mimpi, memandangmu dalam doa.


Purbalingga, 20 juni 2015
(T_T)

Wibiono
(ARB)




Kamis, 18 Juni 2015

bolehkah?

Boleh ga sih Allah, kalau saya menyerah? Kalau saya merasa lelah?

Saya sudah berjanji kalau akan hanya ada satu nama di hati utk seorang manusia. Jika aku memutuskan dia, maka dialah orang yang akan aku simpan di hati. Tapi jika Engkau tak mengijinkan dia mendampingiku, boleh ga saya memohon tidak perlu ada lagi perempuan lain yang dihadirkan. Biarlah saya sendiri hanya dengan-Mu.

Yang penting, berikan aku kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi kesendirian. Karena saya takut, jika Kau hadirkan orang lain, hati ini mengkhianati.  Karena saya tidak sanggup membuang perasaan yg telah Engkau anugerahkan sebelumnya.

Saya akui kalau saya cengeng dan sulit bangkit. Bukan saya tidak menerima ketetapan-Mu, tapi memang diri ini terlalu lemah.

Bolehkah Allah kalau saya cukup minta yang satu ini saja, bukan yg lain. Kalu dia tidak baik untuk saya, maka buatlah dia baik. Jika dia tidak cocok, buatlah cocok. Jika dia atau saya tidak pantas, buatlah menjadi pantas. Tapi jika sudah menjadi ketetapan-Mu dia bukan utuk saya, tak perlu lah Engkau hadirkan sosok yg lain. Bolehkah demikian?

Rabu, 17 Juni 2015

umpatan!

Ya allah ijinkan saya mencaci maki dan mengumpat..

Anjing! Asyuu! Haram jadah! Bangsat!kirik! Ketek! Kampret!  Babi! Kutu kupret! Bajingan tengik!
Fuck! Monyet! Shittt! Anjriitt!

Udah ya allah cukup gitu aja. Maaf ya allah karena saya ga tahan dan ga tau mau ngamuk ke siapa.

Senin, 15 Juni 2015

Bahagia itu ternyata sederhana

Bahagia itu ternyata sederhana. Setelah sekian lama tiap ku hubungi si doi ga pernah jawab. Jangankan menanggapi sms, WA, BBM, jika ditanya pun hampir ga pernah jawab.

Tapi kemarin, rasanya senang setelah aku sms akhirnya si doi balas sms ku, walaupun agak lama. Pas aku buka hp, ternyata ada sms masuk dari si doi. Wuiihh..sumringah banget deh. Kaya orang abis dapet lotre. Haha...

Ya, ternyata bahagia bisa sesimpel itu. Begitu sederhananya definisi bahagia bagi sebagian orang. Mungkin ini jg yang diharapkan si doi ketika ku jarang kasih kabar. Dia hanya butuh sesimpel bahagia ini. Maaf sayang.. :'(

Minggu, 14 Juni 2015

Maafkanlah, Ampunilah

Sekian lama kita kenal, tapi kini semua telah berbeda. Yang membuatku sakit, bukan soal tiada lagi rasa di hatimu. Tapi kini seolah benar-benar tak mengenalku. Bahkan mungkin menganggapku tak pernah ada.

Wahai dzat yg Maha segalanya, hanya Engkaulah yang ada. Aku memang berasal dari ketiadaan. Biarlah sekiranya ada yg menganggapku tak ada, karena memang itulah hakekatku di alam fana. Meski sakit, pulihkanlah dg kuasa-Mu. Obati dg cara-Mu. Maafkanlah aku. Seandainya aku tak mendapat maafnya, maka ampunilah aku.

Wahai purnamaku, maafkan aku yang lalai dan tak terjaga dimalam 14-15 mu, kala kau bersinar sangat cantiknya. Aku lalai sebagai insan yang lemah, yang terlelap begitu saja mengacuhkanmu. Aku tetap menanti hadirmu di malam 14 mu yang lain. Semoga saat itu datang aku mampu menjaga malamku.  Meski aku sadar, saat malam purnama itu tiba, itu jelas berbeda dg malam yg telah ku lewatkan begitu saja.

Sabtu, 13 Juni 2015

Percayalah

Percayalah sayang, aku hanya ingin mencintaimu bukan sebagai pacar. Aku ingin mencintaimu sebagai istri. Untuk itulah aku lebih fokus berjuang mewujudkannya. Tapi jika kau keberatan dengan langkahku, maka silahkan cari laki-laki di seluruh penjuru jagat raya ini, aku yakin niscaya kau akan kembali padaku. Sekuat apapun kau menolak, sejauh apapun kau berlari, pada akhirnya kau akan menemukan cakrawalamu di titik awal. Ya, di sini!

Aku meminta pada Sang Maha Cinta, dan Dia berkata bahwa kaulah jawabanku. Aku titipkan dan minta menjagamu selama pencarianmu. Sampai kelak nanti kau akan tersadar bahwa pencarianmu, pelayaran hatimu akan berakhir dan berlabuh di tempat awal kau mulai berlayar. Di dermaga hati inilah bahtera mu akah berlabuh dan bersandar. Percayalah dan yakinlah, karena itulah takdir semesta.

Tiada kasih yang sehebat kasihku yang tersembunyi dibalik hati ini. Yang bahkan kau pun tak tau yang seutuhnya. Kasihku melebihi apa yang kau tau. Percayalah.

Dulu, ku sengaja sandarkan sejenak bahtera kita di dermaga dengan maksud aku pergi ke daratan mencari perbekalan. Karena ku tau, pelayaran kita selanjutnya adalah lebih serius dan akan mengarungi samudra serta menerjang gelombang. Ku tinggalkan sejenak di dermaga untuk kau jaga bahtera kita sementara ku cari perbekalan. Bukan maksud meninggalkanmu sendiri mengarungi lautan dengan bahtera itu. Tak ku sangka, ketika hendak kembali, kau pergi berlayar sendiri meninggalkanku di dermaga ini, terpaku sendiri.

Aku mohon pada Penguasa Lautan dan pemegang kuasa penjuru mata angin agar mengirimkan angin utara. Tak lain hanya agar kau ditiup kembali ke dermaga ini. Di tempat ku berdiri terpaku tanpa tau apa yg kutuju. Ku yakin, suatu saat ku akan melihat layar terkembang di ujung cakrawala menuju dermaga. Ya, itulah bahteramu yang kembali. Percayalah!


Sabtu, 06 Juni 2015

Bubar jalan

Tak terasa, perjalanan kami usai sudah. Berawal dari pemutusan hubungan, dg maksud untuk lebih fokus mempersiapkan pernikahan dan sekaligus merubah konsep pacaran, tapi ternyata berujung bubar. Memang, sejak saat itu saya mulai jarang komunikasi bermesraan. Tapi tetap saya sempatkan untuk bertegur sapa, menanyakan kabar. Awalnya komunikasi kami masih baik-baik saja. Entah kemapa dia tiba-tiba mulai cuek dan ketus ketika di sms, di bbm.

Saya coba merunut histori chat kitadi sms, watsapp, bbm, line. Tidak ada masalah. Setelah dia mulai mendapatkan pekerjaan baru, awalnya masih bisa berkomunikasi wajar, tapi lama-kelamaan ditanggapi dingin dan singkat. Awalnya saya menganggap karena dia lelah karena pekerjaan barunya. Jadi saya simpulkan mungin agak mengganggu dg kondisi dia yg lelah. Tapi semakin lama sms atau bbm jarang d balas, kalaupun dibalas hanya seperlunya saja. Kalau saya tidak bertanya, biasanya dia jarang menjawab.

Ketika awal saya memutuskan hubungan ini sejenak, sudah dibicarakan kondisi komunikasi selanjutnya. Awalnya saya pun sempat ngomong, kalau kemungkinan dia susah untuk berhubungan model gini, tapi akhirnya dia meyakini, ga apa-apa dan siap demi kebaikan hubungan kita selanjutnya. Jadi, konsekuensi saya agak jarang komunikasi nantinya sudah disampaikan. Tapi saya bilang akan tetap saya usahakan ada komunikasi walaupun sekedar tanya kabar, udah makan belum dan hal lainnya. Memang ga akan setiap hari atau ga sampe sehari tiga kali. Tapi akhirnya jadi seperti ini. Sekarang dia bilang bahwa dia ga bisa diperlakukan begini dg ditinggal-tinggal jarang ada kabar. Padahal di awal sudah bilang siap dan ga apa-apa. Diawalpun saya sudah bilang kalau "pacaran" model begini sekaligus menguji komitmen perasaan cinta kita. Kita akan bisa lihat kesungguhan dan keteguhan hati masing-masing dalam mempertahankan perasaan dan menjaganya dari segala godaan. Ternyata gagal. Bubar jalan sudah.

Saya cuma sedikit butuh fokus utk berjuang lebih keras utk menpersiapkan pernikahan .  Karena perjuangan saya dimulai dari nol dg waktu yg semakin sempit. Selama masa "reses" itu, saya sedikit-sedikit mengumpulkan utk persiapan nikah. Saya mulai memesan cincin, menabung lagi, lebih sering menahan perut demi bisa nabung, walaupun belum ada seberapa. Tapi setidaknya itu keseriusan saya mengusahakan sebatas kemampuan saya. Yang penting ikhtiar, biar Allah nanti yang menyempurnakannya. Sebab saya sadar, dg keadaan saya saat ini, dg perhitungan apapun, mustahil mengumpulkan puluhan juta hanya dalam hitungan setahun dua tahun. Tapi saya percaya, nanti Allah yg akan menggenapkan.

Kini semuanya kandas tak bersisa. Semua sudah tak ada artinya. Bahkan cincin yg sudah saya pesan pun akhirnya saya berikan ke dia, tabungan saya berikan utuk keperluan sekolah dan kuliah adik-adik saya, sisanya entah menguap kemana. Kini ku jalani hari-hariku seperti biasa lagi, tapa ambisi, tanpa motivasi apapun. Sekedar bertahan hidup dan membantu adik-adik sekolah seadanya. Bubar jalan.

Senin, 09 Maret 2015

Dialog Akhir Hayat


Mamah : wib, pulang aja yuk..
Sy        : ntr ja mah pulangnya.
Mamah : lah ngapain lama2 di rmh sakit, percuma. Mw pulang ja.
Sy        : yaudah, ntr ja ya pulangnya nunggu papah dtg. Papah lg mw nyari mobil dulu.
Mamah : bedug msh lama ya? Mamah mw plg abis bedug aja lah wib, anterin ya.
Sy        : (mikir keras, apa ini prtanda)..
Mamah : yuk anter mamah pulang abs bedug.
Sy        : yaudah klo mamah mw plg, ntr ya sabar nunggu pd dtg smw. Anak2nya mamah smw lg dipanggil k sni, tp budi msh di jln dr purwokerto. Gmn donk?
Mamah : lama lah. Udh ga betah.
             (Adzan duhur berkumandang)...
Mamah : udh bedug blm wib?
Sy        : blm, itu adzan mah (padahal tanda bedug itu ya waktu solat sebelum adzan).
Mamah : msh lama ya?
Sy        : iyaa, sabar..
             (Kondisi makin parah, udh mulai ga mengenali anak2nya. Ditengah sekarat, msh manggil2 nama adik2nya, anak2nya).
Mamah : wib, anter pulang aja lah.
Sy        : mamah mw kemana? Udh ada yg jemput?
Mamah : udah lah.
              Sy suruh adik2 bacakan yasin dkt tmpt tidur mamah.
Sy        : mah, terus nyebut allah. Baca syahadat. Jgn lupa sampein salam wibi sama yg jemput mamah.
mamah : ada setan
Sy        : di mana? yaudah terus baca syahadat. klo ga, bisa cukup sebut allah, klo susah, sebut dlm hati. jgn dengerin setan.
             (Adzan ashar berkumandang)...
Sy        : (berfikir, mungkin yg dimaksud bedug itu bedug ashar). Mah, itu udh bedug. Klo mamah mw pulang, sok pulang. Yg di sini udh ikhlas. Maafin wibi klo blm bisa jd anak yg baik. (sambil berbisik). Yuk tak anter.
Yaa ayatuhannafsul mutmainah, irji'i ila robbiki rodiatan mardiyah. Fadkhuli fii ibadi wadkhuli jannati..
Ikutin mah, asyhaduala ila hailallah wa asyhaduanna muhammadurosulullah. Laa ila ha ilallah.....
Sepertinya secara perlahan nafas terakhir udh dihembuskan...
Selamat jln mah, engkau kini udh jd insan paripurna. Tugasmu di dunia udh selesai dan g prlu merasakan sakit lg. Semoga selamat sampai tujuan.
(Hujan deras mungguyur tanah cirebon mengiringi roh yg hari itu dipanggil Pencipta)

#in memories Maret 2012

Selasa, 17 Februari 2015

Rekonstruksi Cinta

Kemarin, tanggal 15 Pebruari tepat 4 tahun sudah saya menjalani hubungan dengan perempuan yang bernama Innas Rizky Afria. Tak terasa sudah cukup lama juga waktu berjalan sampai detik ini. Padahal seolah baru tahun kemarin saya berkenalan dengannya.

Rasanya berbagai situasi sudah kami lewati. Mulai dari pacaran layaknya para ABG yang baru dirundung cinta, yang selalu mengumbar kemesraan, meskipun hanya sebatas kita berdua saja yang tau. Pacaran jarak jauh, atau bahasa gaulnya "LDR" juga sering kita lalui sejak dulu. Maklum, kita pacaran saat saya sudah hampir lulus. Jadi dia sering saya tinggal-tinggal. Terlebih saat saya lulus dan bekerja merantau ke manapun. Tapi itu masih mending, sebab biasanya tetap saya sempatkan seminggu sekali atau dua minggu sekali saya kunjungi sekedar melepas rindu. Semenjak dia lulus, LDR kami makin jauh. Kalau sebelumnya masih bisa bertemu walaupun cuma seminggu atau dua minggu sekali, kini bisa bertemu sebulan sekali saja sudah bagus.

Canda, tawa, kemesraaan, bahkan pertengkaran sering kami alami. Terlebih saat jauh. Hal kecil pun bisa jadi penyebab pertengkaran yang lumayan heboh. Terkadang sulitnya mempertemukan waktu yang pas untuk sekedar "say hello" bisa berujung uring-uringan. Maklum, kami berdua sibuk dengan pekerjaan. terkadang dia senggang, saya yang sibuk atau lelah. Begitu juga sebaliknya, saya senggang, dia yang sibuk atau kelelahan. Parahnya lagi, kalau dia sedang datang bulan. Adaaaa aja yang jadi masalah.

Banyak yang bilang umumnya pacaran hanya bertahan sampai 3 tahun. Ternyata kami bisa melewatinya. Ada juga yang bilang paling mentok sampai 4 tahun dan habis itu bubar tanpa kejelasan. Alasannya mungkin karena bosan terlalu lama pacaran. Tapi bagi kami, menurut saya, semua bisa dilewati. Semiua omongan orang itu terbantahkan.

Namun ada yang berbeda di tahun ke empat ini. Kami mencoba merekonstruksi makna "pacaran". Ya, kami coba rekonstruksi cinta ini menjadi hal yang lebih positif dan lebih membangun kedewasaan. Konsekuensinya, secara pengertian umum anak muda, mungkin ini sudah bukan disebut pacaran lagi. Tapi bagi kami tidak. Kami hanya mencoba meng-upgrade soal cinta atau pacaran ini ke tingkat yang lebih tinggi. Secara harfiah, status "pacaran" memang kami lepas. Namun secara hakikat, masing-masing kami tetap menjaga cinta di hati, saling mendukung dan mendoakan. Kami serahkan persoalan ini pada Yang Maha Mencinta dan Maha Merajai Hati. Dia yang mempertemukan kami, biarlah Dia juga yang akan menyatukan kami di akhir perjalanan ini.

Kami mencoba untuk menahan diri untuk tidak mengumbar kemesraan, atau gaya-gaya pacaran anak alay. Kami fokuskan untuk membenahi diri dan mempersiapkan diri masing-masing untuk tujuan hubungan yang lebih serius. Kalau sebelumnya kita bela-belain untuk bertemu hanya sekedar melepas rindu, kini kami tuangkan rindu itu dalam sajadah, dalam lantunan doa kala solat atau dikala perasaan rindu itu menghinggapi hati dan fikiran. Biarkan Allah yang memelihara cinta ini agar tetap bersih. Biarkan Allah yang menyampaikan rasa rindu ini lewat caraNya.

Langkah ini bukanlah langkah putus asa, apalagi kebosanan hubungan. Hanya mencoba mencari bentuk yang lebih berkualitas lagi dari cinta ini. Selain itu, langkah ini justru untuk tetap menjaga ritme rasa cinta dan rindu di hati. Langkah ini juga merupakan kilas balik perjalanan cinta. Agar kelak ketika kami dipertemukan dalam hubungan yang sah, melalui pernikahan yang insya Allah tidak lama lagi, kami berharap akan bisa kembali merasakan bagaimana awal mula jatuh cinta dan berpacaran. Pada akhirnya hubungan ini tidak akan monoton, apalagi mengalami jalan buntu dan kebosanan. Dijamin tidak akan!

Rekonstruksi cinta ini juga bertujuan untuk melatih dan menguji komitmen masing-masing. Dengan adanya "pembatas", kita diuji untuk seberapa kuat dan seberapa besar kita mampu mempertahankan perasaan cinta yang sudah bersemi di dalam hati. Cuma kekuatan keyakinan dan percaya yang bisa mempertahankan hubungan ini. Tentunya harus dilandasi dengan doa.

Semoga rekonstruksi makna cinta dan pacaran ini membuahkan hasil seperti yang diinginkan. Insya Allah.


=Purbalingga, 16 Februari 2015=

Wibiono
Afria

Jumat, 16 Januari 2015

Terima Kasih Ku Ucap

Terima kasih ku ucap untuk ke sekian kali
Atas kesetiaanmu menemani menghiasi mimpi
Sampai aku terbangun kembali dan menyadari.

Cerita kita tak akan pernah berakhir, Purnama
Karena purnama akan tetap selalu ada pada setiap waktunya.

Kau,
laksana purnama yang datang sekali saja
Bak permata dengan goresan terindah
Cantik di hatiku.

Walau kini mata tak dapat menatap sosokmu
Tapi jiwa ini akan selalu pada keteguhan hati
Pada kemantapan kasih
Dalam sujud, dalam doa, dalam setiap hembus nafas
Kau akan selalu di sini..


Purbalingga, 15 Januari 2015

Gak Ada Mood

Udah lama ga buka blog dan menulisnya. Sekalinya buka blog, ga ada mood sama sekali buat nulis. Bukan hanya mood, bahkan bayangan atau ide pun ga ada di otak.
Pekerjaan yang makin jauh dari dunia akademis membuat semangat menulis dan membaca literatur semakin sirna. Semangat membara yang dulu pernah ada untuk kuliah lagi, untuk menulis ilmiah, membuat artikel opini, dan segala yang berkaitan dengan akademik kini sudah mulai tak tersentuh.
Benar-benar mood hilang. Bahkan membaca berita-berita terkini pun sudah tidak minat.
Kemana semangat dan ambisi belajar serta berbagi ilmu lewat tulisan itu??
Sudah tak ada mood lagi. Sudah laahhh...