Dear my blog!
Oke, aku akan cerita lagi nih. Ceritanya soal beberapa hari lalu. Tepatnya hari Senin, 22 Agustus 2016, aku mengantarkan adik perempuanku ke Semarang. Alhamdulillah, setelah berkali-kali daftar dan ikut tes masuk PTN dan selalu gagal,tapi di tahun keempat sejak kelulusan SMA nya, dia diterima jg di salah satu PTN di ibukota provinsi Jawa Tengah.
Perjalanan dimulai pagi hari sekitar jam 10 naik kereta. Sampai di Semarang sekitar jam 13.30, sampai kampus sekitar jam 2 siang. Oke, inti masalahnya bukan disitu. Saat rencana ke Semarang, aku coba kontak salah satu teman. Temanku ini sebenernya sudah sangat akrab karena pertemananku sangat intens saat satu tim penelitian di Pulau Alor, NTT. Hampir 3 bulan kami bersama, bahkan tidur satu atap yg sama. Jadi cukup mengenal dekat. Setelah penelitian selesai, aku tak pernah bertemu lagi. Sudah sekitar hampir 3 tahun ga ketemu lagi. Karena itulah, saat ke Semarang aku coba kontak dia utk bisa ketemuan karena kebetulan rumahnya di Semarang.
Singkat cerita, dia bersedia ketemuan dg waktu yg sudah disesuaikan. Sebenarnya aku kangen dengan dia. Rencananya aku yg akan datang menemui dia setelah urusan dg adikku selesai. Tak disangka dia malah bersedia yg akan datang menghampiriku. Baiklah, akhirnya aku kontak tempatnya agar dia mudah mencariku.
Anehnya, aku ngerasa deg-degan sendiri waktu mau ketemu. Grogi, ganggung dan bingung nanti harus gimana saat ketemu. Sekitar jam 15.30 akhirnya dia datang. Deg! Makin grogi.
Dia datang dg motor dg setelan baju terusan yg panjang. Orang menyebutnya gamis. Dengan jilbab lumayan lebar, dia tampak anggun. Sekilas aku sempat terpana, atau boleh dibilang terpesona. Pangling. Kini dia berubah jd sosok wanita yg kalem, anggun, bersahaja dan mungkin rajin mengaji dan tentu rajin menabung. Hehee....
Untuk menutupi grogi, aku berusaha rileks dan becanda untuk menyapanya. Sebenarnya aku udah tau kalau dia bakalan menolak berjabat tangan, tapi aku iseng mencoba mengajak salaman sambil becanda. Benar saja, dia menolak halus ajakan berjabat tangan.
Shit! Aku coba kuasai diriku biar ga terlihat kaku. Karena sebenarnya ku akui kalau aku naksir dia sejak lama. Tapi dulu hanya sebatas naksir, karena dulu posisiku sudah ada orang lain yg mengisi hati. Selama hampir 3 bulan waktu itu, aku jaga jarak dengannya. Bukan karena aku ga mau dekat atau gimana, itu kulakukan justru aku sangat menghormatinya, menghargainya. Aku menyadari sikapku itu berbeda saat aku berhubungan dg teman perempuan satu tim yg lain. Kalau dg yg lain aku masih bisa bersikap biasa dan cuek. Tapi dengannya, aku berusaha jaga sikap dan menghindari kontak atau hubungan yg intens.
Entahlah. Bahkan walaupun hampir 3 bulan kami bersama dan pernah satu tim berdua saja dengan dia, aku ga berani sengaja menyentuhnya, kalau bukan kondisi darurat. Kalaupun menyentuh, hanya sekedarnya saja. Begitupun saat berjalan bersama melewati medan sulit atau terjal yg naik turun bukit, aku tak pernah berani untuk menggandengnya. Aku lebih memilih berjalan dibelakangnya atau tepat disampingnya agar kalau terjadi apa-apa, aku bisa cepat menolongnya. Pada kondisi tertentu, justru dia sendiri yg coba meraih tanganku utk digandeng atau minta bantuan untuk bantu ditarik. Ya lagi lagi aku hanya sekedarnya saja. Bahkan, utk duduk pun aku hampir ga pernah berdekatan sekali. Selalu aku buat jarak.
Itu semua aku lakukan karena aku menghormati dan menghargainya, dan juga untuk menjaga perasaanku sendiri.
Mungkin waktu itu aku sudah menyadari kalau aku sudah naksir. Makanya aku sengaja menjaganya. Itulah caraku pd perempuan yg kutaksir. Kebanyakan laki-laki biasanya melancarkan berbagai aksi utk bisa berdekatan atau kontak secara langsung dan intens. Tapi sikapku berbeda. Justru sebaliknya, aku berusaha membuat jarak aman, menghindari kontak langsung dan menghormatinya. Soal boncengan motor pun, sebisa mungkin aku ga dengan dia, kecuali kondisi terpaksa. Selain karena aku bisa grogi, juga lagi2 untuk "menjaga jarak aman".
Dulu aku sempat berpikir kalau sebenarnya dia punya pesona yg tersembunyi, yg kalau bisa dimunculkan kuncinya, bakal punya daya tarik dan karakter yg memukau. Itu pikiran sok tau ku dulu. Hehehe.. tapi sepertinya itu jadi kenyataan sekarang. Saat pertemuanku kemarin dengannya. Cukup membuatku makin terpesona. Sekarang dia udah berubah. Saat bertemu dengannya kemarin, diam-diam aku tersenyum dalam hati. Aahhh...
Allah, tapi aku malu berhadapan dengannya dengan kondisiku yg seperti ini. Sepertinya aku terlalu kotor kalau harus berhadapan dengannya. Dia telah Kau ubah jd sosok wanita yg luar biasa. Sedikit banyak, aku tau kehidupan dan peristiwa-peristiwa yg dialaminya akhir-akhir ini telah mampu mengubahnya. Dia telah menemukan kuncinya utk menjadi sosok yg patut dikagumi. Sedangkan aku, hanya biasa-biasa saja.
Engkau Yang Maha Tau Allah. Engkau yang mampu mengubah segala hal. Engkau yg mampu membolak-balikkan hati.