Halaman

Jumat, 06 April 2012

Sebuah Catatan Tempo Dulu

Catatan yang ku tulis pada tanggal 9 Desember 2011
(pada saat itu entah mengapa aku teringat sosok mamah dan merasa takut jika harus jauh dari mamah)

Kini dunia mulai menghimpitku. Semua yang ku lihat acuh padaku, seolah tak mempedulikanku yang berjalan di hadapnya. Yang sebelumnya ku lihat ramah pada ku, kini tak lagi mengenalku. Apakah mereka amnesia, atau apa yang ku alami selma ini bersama mereka hanya dalam hayalanku saja?
Aahh... Sekarang sulit aku membedakan mana yang nyata dan mana yang maya.

Suatu ketika yang ku alami itu mimpi, namun ternyata itu nyata. Dan kadang yang ku rasa itu nyata, namun ternyta hanya mimpi. Apa batas dan beda antara nyata dan tidak? Ku harap yang ku alami kini hanya mimpi dan ketika ku buka mata ku dapati semua indah tersenyum padaku. Tak lagi acuh, namun ramah.

Tapi kini yang masih ku rasa dunia menghinaku, mengacuhkanku. Pepohonan, ranting, dedaunan, rumput, angin, tiang-tiang lampu jalan, kendaraan-kendaraan yang lalu lalang, aspal dan tanah yang ku pijak sulit ku ajak bercengkrama..
Hey ada apakah ini? Bukankah kalian sebelumnya bisa bicara? Kenapa diam? Bahkan senyum pun enggan. Apa gerangan yang buatmu demikian?
Ayolah kawan kita kembali bersenda gurau melewati hari-hari yang kadang menyebalkan. Kalian pun mrasakannya bukan?
 Aahh... kenapa kehidupan ini begitu kejam? Semakin ku mengerti hidup, semakin ku rasa itu menakutkan. Tak seperti balita-balita yang tertawa dan menangis tanpa mengerti apa itu kehidupan. Aku rindu masa-masa itu mamah. Rindu kau usap dan engkau tenangkanku ketika ku menangis hingga kau berhasil tenangkanku. Engkau cium ketika ku sedih dan gembira. Aku rindu itu.

Kini, aku merasa berat menjalani masa depan yang tak pernah ku tau. Ajari aku untuk bisa tenangkan diriku seperti waktu aku kecil. Ajari aku untuk bisa tersenyum kembali seperti ketika ku jatuh waktu kecil.
Waktu kecil, kau mampu membuatku tersenyum dan tertawa kembli ketika ku jatuh, walau sakit. Kini aku tak mengerti bagaimana caranya aku bisa tenang, tersenyum ketika ku takut, ketika ku sakit. Ajari aku mamah, ajari tentang menghadapi hidup yang kejam.

Engkaulah pahlawanku yang selalu membelaku, taj peduli aku benar atau salah. Kau tinggikan aku, kau banggakan aku. Aku ingat kata-katamu ketika aku takut atau ketka aku terjatuh.
"anak mamah harus kuat, ga boleh nangis".

Aku butuh kata-kata itu dari mulutmu ketika kini aku takut menghadapi masa depan ku.
Dulu kau tuntun aku ketika ku mulai belajar berjalan, kau ajak ngobrol aku ketika aku ngoceh sendirian. Aku tau kau pun tak mengerti apa yang ku ucapkan waktu itu, tapi kau seolah mengerti.
Kini ku harus merangkak dan berjalan sendri melangkahkan kakiku dalam hamparan kehidupan ini. Aku tau kau percaya kalau aku mampu seperti halnya kau percaya ketika ku belajar berjalan waktu bayi.
Mamah, anakmu bingung, anakmu takut layaknya pecundang dan pengecut. Anakmu takut tak bisa membahagiakan dirinya, apalagi membahagiakan dirimu.
Mamah, aku ingin dengar bisikanmu di telingaku
"kamu kuat, kamu anak mamah pasti bisa".

Mamah, lihatlah kini semua seolah memusuhiku. Enggan untuk ku ajak bicara. Tidak seperti mu yang mengajakku bicara walau kau tak mengerti bahasa ku waktu bayi. Kau ajak ku bicara dan tersenyum yang membuat ku ikut tersenyum dan tertawa melihat tingkah dan ucapanmu yang tak ku mengerti. Tapi kau ajarkan pada ku bahasa cinta dan kasih sayang. Bahasa yang di pahami semua manusia dan semua umur. Bahkan di pahami oleh seluruh alam. Tapi lihatlah mereka yang kini acuh. Bahkan kini umat manusia tak lagi mengerti bahasa cinta, tapi menggunakan bahasa keserakahan. Siapa yaang kuat itulah yang menang tidak bicara siapa yang lemah harus di kuatkan.

Kehidupan yang ku pahami kini tidak seperti yang kau ajarkan dulu mamah. Aku bingung apakah kau yang salah mengajarkan atau dunia yang kini telah berubah?  Anakmu terlalu durhaka untuk meminta uluran tanganmu, untuk meminta peluk cium mu.. Aku malu..

Engkau memang pahlawan tanpa tanda jasa yang berjuang keras agar anakmu tak repot menjalani hari-harinya. Pahlwan yang selalu membela atas nama cinta.  Ajari aku untuk mengajarkan cinta pada dunia ini agar tak lagi ada kekacauan.

*di tengah kegundahan ku, ku persembahkan utk mu mamah.
Selamat hari ibu (walau masih lama)
9 Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar