Catatan yang ku tulis pada tanggal 9 Desember 2011
(pada saat itu entah mengapa aku teringat sosok mamah dan merasa takut jika harus jauh dari mamah)
Kini
dunia mulai menghimpitku. Semua yang ku lihat acuh padaku, seolah tak
mempedulikanku yang berjalan di hadapnya. Yang sebelumnya ku lihat ramah
pada ku, kini tak lagi mengenalku. Apakah mereka amnesia, atau apa yang
ku alami selma ini bersama mereka hanya dalam hayalanku saja?
Aahh... Sekarang sulit aku membedakan mana yang nyata dan mana yang maya.
Suatu
ketika yang ku alami itu mimpi, namun ternyata itu nyata. Dan kadang
yang ku rasa itu nyata, namun ternyta hanya mimpi. Apa batas dan beda
antara nyata dan tidak? Ku harap yang ku alami kini hanya mimpi dan
ketika ku buka mata ku dapati semua indah tersenyum padaku. Tak lagi
acuh, namun ramah.
Tapi kini yang masih ku rasa dunia menghinaku,
mengacuhkanku. Pepohonan, ranting, dedaunan, rumput, angin, tiang-tiang
lampu jalan, kendaraan-kendaraan yang lalu lalang, aspal dan tanah yang
ku pijak sulit ku ajak bercengkrama..
Hey ada apakah ini? Bukankah
kalian sebelumnya bisa bicara? Kenapa diam? Bahkan senyum pun enggan.
Apa gerangan yang buatmu demikian?
Ayolah kawan kita kembali bersenda gurau melewati hari-hari yang kadang menyebalkan. Kalian pun mrasakannya bukan?
Aahh...
kenapa kehidupan ini begitu kejam? Semakin ku mengerti hidup, semakin
ku rasa itu menakutkan. Tak seperti balita-balita yang tertawa dan
menangis tanpa mengerti apa itu kehidupan. Aku rindu masa-masa itu
mamah. Rindu kau usap dan engkau tenangkanku ketika ku menangis hingga
kau berhasil tenangkanku. Engkau cium ketika ku sedih dan gembira. Aku
rindu itu.
Kini, aku merasa berat menjalani masa depan yang tak
pernah ku tau. Ajari aku untuk bisa tenangkan diriku seperti waktu aku
kecil. Ajari aku untuk bisa tersenyum kembali seperti ketika ku jatuh
waktu kecil.
Waktu kecil, kau mampu membuatku tersenyum dan
tertawa kembli ketika ku jatuh, walau sakit. Kini aku tak mengerti
bagaimana caranya aku bisa tenang, tersenyum ketika ku takut, ketika ku
sakit. Ajari aku mamah, ajari tentang menghadapi hidup yang kejam.
Engkaulah
pahlawanku yang selalu membelaku, taj peduli aku benar atau salah. Kau
tinggikan aku, kau banggakan aku. Aku ingat kata-katamu ketika aku takut
atau ketka aku terjatuh.
"anak mamah harus kuat, ga boleh nangis".
Aku butuh kata-kata itu dari mulutmu ketika kini aku takut menghadapi masa depan ku.
Dulu
kau tuntun aku ketika ku mulai belajar berjalan, kau ajak ngobrol aku
ketika aku ngoceh sendirian. Aku tau kau pun tak mengerti apa yang ku
ucapkan waktu itu, tapi kau seolah mengerti.
Kini ku harus
merangkak dan berjalan sendri melangkahkan kakiku dalam hamparan
kehidupan ini. Aku tau kau percaya kalau aku mampu seperti halnya kau
percaya ketika ku belajar berjalan waktu bayi.
Mamah, anakmu
bingung, anakmu takut layaknya pecundang dan pengecut. Anakmu takut tak
bisa membahagiakan dirinya, apalagi membahagiakan dirimu.
Mamah, aku ingin dengar bisikanmu di telingaku
"kamu kuat, kamu anak mamah pasti bisa".
Mamah,
lihatlah kini semua seolah memusuhiku. Enggan untuk ku ajak bicara.
Tidak seperti mu yang mengajakku bicara walau kau tak mengerti bahasa ku
waktu bayi. Kau ajak ku bicara dan tersenyum yang membuat ku ikut
tersenyum dan tertawa melihat tingkah dan ucapanmu yang tak ku mengerti.
Tapi kau ajarkan pada ku bahasa cinta dan kasih sayang. Bahasa yang di
pahami semua manusia dan semua umur. Bahkan di pahami oleh seluruh alam.
Tapi lihatlah mereka yang kini acuh. Bahkan kini umat manusia tak lagi
mengerti bahasa cinta, tapi menggunakan bahasa keserakahan. Siapa yaang
kuat itulah yang menang tidak bicara siapa yang lemah harus di kuatkan.
Kehidupan
yang ku pahami kini tidak seperti yang kau ajarkan dulu mamah. Aku
bingung apakah kau yang salah mengajarkan atau dunia yang kini telah
berubah? Anakmu terlalu durhaka untuk meminta uluran tanganmu, untuk
meminta peluk cium mu.. Aku malu..
Engkau memang pahlawan tanpa
tanda jasa yang berjuang keras agar anakmu tak repot menjalani
hari-harinya. Pahlwan yang selalu membela atas nama cinta. Ajari aku
untuk mengajarkan cinta pada dunia ini agar tak lagi ada kekacauan.
*di tengah kegundahan ku, ku persembahkan utk mu mamah.
Selamat hari ibu (walau masih lama)
9 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar