Halaman

Minggu, 01 Agustus 2010

Kisah Tauhid

Suatu hari seorang guru yang menganut aliran atheism berkata kepada murid-muridnya, “tidak dapat disangkal lagi bahwa segala sesuatu yang terlihat oleh mata kalian adalah termasuk sesuatu yang maujud (ada)”.

Murid-murid berkata “Ya”

Guru itu berkata lagi “sekarang ini, kalian dapat melihat papan tulis, pena, buku, dan kursi. Hal ini disebabkan karena benda-benda tersebut ada di hadapan kalian. Dan kalian dapat melihat serta menyentuhnya. Bukankah begitu, wahai murid-muridku??”

“Ya”

“apakah kalian dapat melihat Allah?”

“tidak”

“jadi Allah itu tidak ada”.

Mendengar perkataan itu, para murid menjadi bingung dan tercengang karena mereka tidak pernah mendengar perkataan seperti itu sebelumnya. Mereka adalah orang yang meyakini adanya Allah meskipun mereka tidak pernah melihat-Nya. Akan tetapi tidak lama setelah itu, tiba-tiba salah seorang dari mereka meminta izin kepada sang guru untuk bertanya kepada teman-temannya,

“apakah kalian mendengar perkataan guru kita ini?”

Murid-murid yang lain menjawab, “ya”

“apakah sekarang kalian melihat guru kita ini?”

Mereka menjawab “Ya, dia ada di hadapan kita”.

“apakah guru kita ini memiliki akal?”

“Ya”

“apakah kalian dapat melihat akalnya?”

“tidak”

“berdasarkan perkataan sang guru tadi bahwa segala sesuatu yg ada pasti dapat dilihat dan sesuatu yg tidak dapat dilihat berarti tidak ada, maka saya berkesimpulan bahw guru kita ini tidak memiliki akal karena kita tidak dapat melihatnya,” ungkap sang murid panjang lebar.

Mendengar perkataan itu, murid-murid yang lain secara spontan menertawakan sang guru. Sedangkan sang guru sendiri merasa heran dengan kepandaian sang murid tersebut. Dia menyadari bahwa kepandaian murid tersebut telah ditakdirkan oleh Allah untuk meluruskan kebatilan dan kesesatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar