Alkisah bercengkeramalah sebatang pohon besar nan berwibawa dengan sebutir debu di ‘kaki’-nya. Sang pohon bercerita pada si debu kalau dunia begitu luas dan indah. Daun yang menghijau, bunga yang semerbak mewangi dan langit yang membiru. Sejurus kemudian terdengar nada menyindir sang pohon besar atas nasib si debu yg mungil dan nyaris tak terlihat yang terdampar di dekatnya. Dengan pongah sang pohon memamerkan nasib baiknya, tinggi menjulang, dahan yang kokoh, bunga serta buah yang manawan, hingga membuat si debu tertunduk lesu.
Namun kemudian si debu tersenyum, sekulum senyum yang membuat sang pohon tersentak heran dan tak kuasa bertanya ”Mengapa engkau tersenyum simpul begitu ?” Tetap dengan senyum simpulnya, si debu mejawab, “Pasti DIA punya rencana untukku.”
Tak berselang lama, bertiuplah angin sepoi, angin lembut yang akhirnya menerbangkan si debu jauuh tinggi dan mengucapkan selamat tinggal pada sang pohon besar. Dia terbang diterpa angin bersama dengan seulas senyum tipisnya. Sang pohon semakin keheranan dengan sikap si debu yang menurutnya malang ini. Dalam hati dia menduga kalau si debu sudah putus asa atas nasib buruknya.
tapi, Tiba-tiba cuaca berubah, angin sepoi yang membuai berubah menjadi topan yang melumatkan apa saja yang dilaluinya. Wusshhh…wusshhh…! dan menumbangkan si pohon besar dengan hanya menyisakan akarnya yang memang terhunjam di perut bumi dan sebagian batangnya.
Sepuluh tahun berselang, hinggaplah sebutir debu di pohon tua dengan batang yang telah terkoyak dan sedikit daun. Tanpa bunga apalagi buah. “Hai, bukankah engkau si debu malang itu ?”, sapa sang pohon tua ini. “Iya benar, dan bukankah engkau pohon gagah yang sepuluh tahun menjulang tinggi dengan buahmu yang meranum yang membuat semua terkagum ?” “Benar”, jawab sang pohon, “Setiupan angin topan besar yang datang selepas angin sepoi yang menerbangkanmu telah membuatku begini. Waktu sebenarnya bisa saja mengembalikan ‘kegagahanku’, namun kerontang kemarau berkepanjangan telah menahannya. Lihatlah di sekitar kita saat ini, nyaris hanya tersisa aku dan si tua pohon oak di sebarang bukit sana. Bagaimana denganmu ? Sudah kemana saja engkau diterbangkan nasib ?”, tanya sang pohon. ”Nasib telah mengantarku ke puncak Himalaya hingga ke padang pasir Afrika. Sungguh, dunia lebih luas dari yang kau kira.”, jawab si debu.
Sahabatku yang luar biasa, Apa yang bisa Anda ambil hikmah dari cerita diatas? terkadang kita hanya perlu membiarkan nasib menerbangkan kita. Bersyukur atas segala yang ada dan tak mengeluh atas yang belum terengkuh. Kita diCiptakan oleh-NYA dengan derajat paling Tinggi, begitu luar biasanya Anda, Anda pun pasti bisa menjadi apa yang Anda inginkan.
Sekarang, Apa sih yang Mustahil bagi-NYA untuk menjadikan Anda Hebat, Bahagia dan Sukses?
Namun kemudian si debu tersenyum, sekulum senyum yang membuat sang pohon tersentak heran dan tak kuasa bertanya ”Mengapa engkau tersenyum simpul begitu ?” Tetap dengan senyum simpulnya, si debu mejawab, “Pasti DIA punya rencana untukku.”
Tak berselang lama, bertiuplah angin sepoi, angin lembut yang akhirnya menerbangkan si debu jauuh tinggi dan mengucapkan selamat tinggal pada sang pohon besar. Dia terbang diterpa angin bersama dengan seulas senyum tipisnya. Sang pohon semakin keheranan dengan sikap si debu yang menurutnya malang ini. Dalam hati dia menduga kalau si debu sudah putus asa atas nasib buruknya.
tapi, Tiba-tiba cuaca berubah, angin sepoi yang membuai berubah menjadi topan yang melumatkan apa saja yang dilaluinya. Wusshhh…wusshhh…! dan menumbangkan si pohon besar dengan hanya menyisakan akarnya yang memang terhunjam di perut bumi dan sebagian batangnya.
Sepuluh tahun berselang, hinggaplah sebutir debu di pohon tua dengan batang yang telah terkoyak dan sedikit daun. Tanpa bunga apalagi buah. “Hai, bukankah engkau si debu malang itu ?”, sapa sang pohon tua ini. “Iya benar, dan bukankah engkau pohon gagah yang sepuluh tahun menjulang tinggi dengan buahmu yang meranum yang membuat semua terkagum ?” “Benar”, jawab sang pohon, “Setiupan angin topan besar yang datang selepas angin sepoi yang menerbangkanmu telah membuatku begini. Waktu sebenarnya bisa saja mengembalikan ‘kegagahanku’, namun kerontang kemarau berkepanjangan telah menahannya. Lihatlah di sekitar kita saat ini, nyaris hanya tersisa aku dan si tua pohon oak di sebarang bukit sana. Bagaimana denganmu ? Sudah kemana saja engkau diterbangkan nasib ?”, tanya sang pohon. ”Nasib telah mengantarku ke puncak Himalaya hingga ke padang pasir Afrika. Sungguh, dunia lebih luas dari yang kau kira.”, jawab si debu.
Sahabatku yang luar biasa, Apa yang bisa Anda ambil hikmah dari cerita diatas? terkadang kita hanya perlu membiarkan nasib menerbangkan kita. Bersyukur atas segala yang ada dan tak mengeluh atas yang belum terengkuh. Kita diCiptakan oleh-NYA dengan derajat paling Tinggi, begitu luar biasanya Anda, Anda pun pasti bisa menjadi apa yang Anda inginkan.
Sekarang, Apa sih yang Mustahil bagi-NYA untuk menjadikan Anda Hebat, Bahagia dan Sukses?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar