Halaman

Rabu, 07 Juli 2010

Sosok Ksatria Khayalan

Aku bingung kali ini harus menulis apa setelah sebelumnya ku menulis panjang lebar tentang pembelaanku atas ”buku harian”ku ini.

Oh iya, aku teringat percakapanku lewat sms dengan teman waktu semalam (kebetulan teman cwe, hehee...). Dia mempertanyakan ”ksatria khayalan” yang tak pernah muncul di permukaan atau di dunia nyata. Seorang ksatria khayalan yang dia kenal sangat akrab, begitu jenaka, melankolis, dan mampu berperan sebagai seorang sahabat, teman curhat, teman iseng, kakak, adik atau orang tua, meski kadang dia tidak dikenalnya.

Pernyataan seperti itu juga pernah disampaikan oleh seorang teman cwo di fesbuk, yang kebetulan aku pun tidak mengenalinya. Bahkan aku pernah sedikit melakukan survey untuk mengetahui penilaian teman-teman terhdapku. Jawabannya sungguh lucu dan beraneka ragam. Ada yang menganggap aku orangnya lucu, gokil, pede abiss, kalo ngomong atau ngritik pedes. Ada juga yang menilai aku pemalu, pendiem, bahkan banyak yang menilai aku orang yang misterius yang tak pernah bisa ditebak sikap dan jalan pikirannya. Kalau pendiem, misterius, mungkin masih aku setujui. Tetapi ada yang menilai aku lucu dan gokil, mmhhh..... bingung juga tuh penilaian dari mana. Mungkin dia mengenal seperti itu dalam aktivitas di dunia khayal.

Ketika aku mengajukan pertanyaan tentang cocoknya aku menjadi apa bagimu, sebagian besar menjawab aku lebih dianggap sebagai seorang kakak, sahabat atau teman curhat. Ga ada yang menilaiku lebih cocok menjadi seorang pacar, atau suami. (hmmm....pantesan ga laku-laku ya? Hahaha..).

Kembali ke persoalan sms semalam. Temanku itu ingin sekali berkenalan dengan ”ksatria khayalan” dalam dunia nyata. Tetapi itu tak pernah ditemukannya. Dalam dunia nyata. Sosok ksatria khayalan begitu asing, seolah tak pernah ia kenal. Ia memertanyakan dimana ia dapat menmukan sosoknya di dunia nyata. Ia menganggap sosok ksatria khayalan itu tak berwujud dalam dunia empiris, dan tak pernah menampakkan diri. Kemudian dia mengatakan bahwa jika dirinya tak dapat menjumpai dan berkenalan dalam dunia nyata, maka ia sudah cukup puas karena telah mengenalnya meski dalam dunia khayal.

Aku pertanyakan padanya bagaimana jika sosok yang ia kenal itu sangat berbeda, bahkan bertolak belakang dengan ksatria khayalan yang selama ini ia kenal? Ia menjawab, sebenarnya itu tak masalah. Ia dan “ksatria khayalan” harus bisa menerima kenyataan dan mampu menghadapi kehidupan nyata, karena di sinilah sesungguhnya kita hidup. Pahit atau manis, baik atau buruk tetap harus dihadapi.

Aku tertegun sejenak membaca kalimat itu. Benar juga. Kemudian aku berpikir, apakah salah ketika wujud ”ksatria khayalan” dalam dunia nyata beginilah adanya? Apakah akan ada orang yang mencibirnya? Ah bodo amat! Inilah aku. Aku bukanlah kau, dia atau mereka!! Dan aku tidak akan pernah menjadi kau, dia, atau mereka.

Sebenarnya nama “kastria khayalan” sebagai nama pena, inisial atau nama di dunia maya aku gunakan bukan tanpa alasan, atau banyak yang meneyebut "alay" "lebay". Berdasarkan penilaian teman-temanku, bahkan aku sadari juga, ternyata dalam dunia khayal aku memang berbeda. Namun dalam dunia nyata, aku tetap menjadi diriku sendiri, apa adanya tanpa harus menjadi “ksatria khayalan”. Biarlah orang mengenalku seperti ini dan mengenal ksatria khayalan seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar