Halaman

Minggu, 06 Februari 2011

Sebuah kisah bersama si princess kecil 1

Kau datang padaku dengan tatapan dan senyummu yg menghujam hatiku. Saat itu ku rasakan ada yg bergetar dlm lubuk hati. Pada saat itu ku bertanya-tanya, apakah ini tandanya aku akn jatuh hati padanya?? ah biarkan saja.!

Ketika itu aku benar-benar tak sanggup memandang tatapan dan senyum yang kau berikan padaku. Ketika kau pergi, setiap malam atau ketika ku termenung, bayang wajah dan senyum itu hadir memenuhi rongga otakku. Tiap kali ku tepis, kembali ia hadir. Kau telah meninggalkan jejak di hatiku yang tak bisa dihapus. Percuma saja ku coba buang bayang itu, karena itu tak pernah berhasil. Akhirnya ku nikmati saja tiap lamunan itu datang.

Tanpa jemu slide tatapan dan senymmu di putar berulang-ulang dalam layar pikiranku. Aku tersenyum. Ada rasa tersendiri ketika kau hadir dalam pikiranku.

Hari-hari selanjutnya ku merasa ingin wujud nyatamu hadir di hadapanku. Meski ketika kau hadir, aku hanya bisa diam seolah tak peduli. Sesekali ku curi pandang berharap untuk membuat slide baru dalam pikiranku.

Semakin hari, rasa yg kau tinggalkan di hatiku semakin tumbuh subur. Akhirnya ku coba pelihara dengan baik. dan aku berjanji akan ku berikan juga bibit dari hatiku pada hatimu, agar kita sama-sama akan menikmati buahnya.

Pada tanggal 8 Januari 2011, ku coba tawarkan bibit dari hatiku pada hatimu untuk kau simpan dan kau pelihara. Berharap kelak akan menghasilkan buah yang manis. Awalnya kau ragu untuk menerimanya. Ku katakan "ambillah dulu, lalu kau simpan. jika nanti kau rasa tak perlu dan tak bermanfaat, boleh kau membuangnya"

Ketika ku nyatakan perasaanku padamu, sungguh aku bingung harus memulai bicara dari mana. Karena jujur, belum pernah aku menyatakan hal seperti ini. Tapi karena kau mendesak untuk ku berkata, akhirnya ku kumpulkan segenap keberanianku. Seketika itu rangkaian kata yang coba ku susun lenyap dari kepalaku. Dalam hatiku berdoa agar diberi petunjuk dan di tuntun untuk dapat berucap. Dalam jeda waktu itu, ku hanya bisa diam seribu bahasa. Aku bukan orang yang pandai berucap cinta meski sering aku dianggap puitis. Aku lebih bisa menulis ketimbang berucap.

Kau beri aku berjuta rasa yang kadang aku sulit menampungnya. Kau beri aku berjuta harapan yang selama ini belum pernah aku rasakan. Aku sungguh rindu ketika kau jauh. Ketika ku rindu, kadang sulit ku pejamkan mata ini di malam hari. Ku rasakan seolah waktu berjalan merayap dan tak kunjung sampai. Aku rindu senyummu, aku rindu sentuhanmu wahai bidadari kecilku. Senyummu seolah memberiku berjuta kekuatan utk menghadapi hidup.
Wahai bidadari kecilku, tidakkah kau rasakan hal yg sama??

. . . . .(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar