Halaman

Sabtu, 06 Juni 2015

Bubar jalan

Tak terasa, perjalanan kami usai sudah. Berawal dari pemutusan hubungan, dg maksud untuk lebih fokus mempersiapkan pernikahan dan sekaligus merubah konsep pacaran, tapi ternyata berujung bubar. Memang, sejak saat itu saya mulai jarang komunikasi bermesraan. Tapi tetap saya sempatkan untuk bertegur sapa, menanyakan kabar. Awalnya komunikasi kami masih baik-baik saja. Entah kemapa dia tiba-tiba mulai cuek dan ketus ketika di sms, di bbm.

Saya coba merunut histori chat kitadi sms, watsapp, bbm, line. Tidak ada masalah. Setelah dia mulai mendapatkan pekerjaan baru, awalnya masih bisa berkomunikasi wajar, tapi lama-kelamaan ditanggapi dingin dan singkat. Awalnya saya menganggap karena dia lelah karena pekerjaan barunya. Jadi saya simpulkan mungin agak mengganggu dg kondisi dia yg lelah. Tapi semakin lama sms atau bbm jarang d balas, kalaupun dibalas hanya seperlunya saja. Kalau saya tidak bertanya, biasanya dia jarang menjawab.

Ketika awal saya memutuskan hubungan ini sejenak, sudah dibicarakan kondisi komunikasi selanjutnya. Awalnya saya pun sempat ngomong, kalau kemungkinan dia susah untuk berhubungan model gini, tapi akhirnya dia meyakini, ga apa-apa dan siap demi kebaikan hubungan kita selanjutnya. Jadi, konsekuensi saya agak jarang komunikasi nantinya sudah disampaikan. Tapi saya bilang akan tetap saya usahakan ada komunikasi walaupun sekedar tanya kabar, udah makan belum dan hal lainnya. Memang ga akan setiap hari atau ga sampe sehari tiga kali. Tapi akhirnya jadi seperti ini. Sekarang dia bilang bahwa dia ga bisa diperlakukan begini dg ditinggal-tinggal jarang ada kabar. Padahal di awal sudah bilang siap dan ga apa-apa. Diawalpun saya sudah bilang kalau "pacaran" model begini sekaligus menguji komitmen perasaan cinta kita. Kita akan bisa lihat kesungguhan dan keteguhan hati masing-masing dalam mempertahankan perasaan dan menjaganya dari segala godaan. Ternyata gagal. Bubar jalan sudah.

Saya cuma sedikit butuh fokus utk berjuang lebih keras utk menpersiapkan pernikahan .  Karena perjuangan saya dimulai dari nol dg waktu yg semakin sempit. Selama masa "reses" itu, saya sedikit-sedikit mengumpulkan utk persiapan nikah. Saya mulai memesan cincin, menabung lagi, lebih sering menahan perut demi bisa nabung, walaupun belum ada seberapa. Tapi setidaknya itu keseriusan saya mengusahakan sebatas kemampuan saya. Yang penting ikhtiar, biar Allah nanti yang menyempurnakannya. Sebab saya sadar, dg keadaan saya saat ini, dg perhitungan apapun, mustahil mengumpulkan puluhan juta hanya dalam hitungan setahun dua tahun. Tapi saya percaya, nanti Allah yg akan menggenapkan.

Kini semuanya kandas tak bersisa. Semua sudah tak ada artinya. Bahkan cincin yg sudah saya pesan pun akhirnya saya berikan ke dia, tabungan saya berikan utuk keperluan sekolah dan kuliah adik-adik saya, sisanya entah menguap kemana. Kini ku jalani hari-hariku seperti biasa lagi, tapa ambisi, tanpa motivasi apapun. Sekedar bertahan hidup dan membantu adik-adik sekolah seadanya. Bubar jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar